Medan Pers – Kotim – Komunikasi yang baik antara guru dan orang tua atau pengurus siswa penting untuk mencegah kriminalisasi guru.
Hal itu diungkapkan Muhammad Irfansyah, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kotawarinin Timur (Kotim) Kalimantan Tengah.
Baca Juga: Ini Pengakuan Guru Terhormat Supriyani di Taman Bermain Tarik Rumput
“Komunikasi itu penting agar ketika ada sesuatu atau masalah bisa kita selesaikan dengan berdiskusi,” ujarnya dalam pertemuan puncak, Jumat (8 Agustus).
Selain itu, menurutnya, guru hendaknya memahami tugas dan fungsinya (tupoxi) agar tidak terlibat dalam tindak pidana atau kriminalisasi terhadap guru.
BACA JUGA: Kasus Guru Supriyani yang Terhormat: Pemeriksa medis mendiagnosis kondisi luka di paha siswa, ditemukan
Padahal, jika guru memahami tugas pokok dan fungsinya, maka tidak akan ada contoh kriminalisasi guru, dan orang tua juga harus memahami tugas dan fungsi guru di sekolah, kata Irfansya.
Menurut dia, sektor pendidikan di Tanah Air kurang berkembang karena banyak guru di banyak daerah yang memberikan teguran.
BACA JUGA: Yang Mulia Ustad Supriyani Ungkap Ucapan Bupati Saat Mediasi Soal Karir dan SKCK
Misalnya saja kasus Supriyani, seorang guru ternama di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, orang tua siswanya melapor ke polisi karena diduga melakukan kekerasan saat mendisiplinkan mereka.
Sebagai seorang yang bekerja di bidang pendidikan, Irfansya merasa prihatin dengan fenomena kriminalisasi guru yang kini banyak diberitakan di televisi, online, dan media sosial.
Untuk mencegah hal tersebut, ia mengimbau para guru dan kepala sekolah agar memahami tugas dan fungsinya serta menjalin hubungan baik dan pengertian dengan orang tua dan wali siswa.
Pada tahun 2023, ia mengetahui salah satu guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Kotim memiliki permasalahan hukum.
Beruntung, dengan bantuan Kejaksaan Negeri Kotim (Kejari), kasus tersebut bisa diselesaikan tanpa proses pengadilan.
Kami berharap kejadian seperti ini dapat menjadi pembelajaran bagi guru-guru lainnya agar dapat menjalankan tugasnya dengan cermat.
Guru juga diminta beradaptasi dengan perubahan yang terjadi saat ini yang mempengaruhi perilaku anak.
“Guru juga perlu memahami bahwa yang mengajar sekarang adalah Generasi Alpha, sehingga pendekatannya berbeda dengan Generasi Z, Milenial, atau generasi sebelumnya,” ujarnya.
Ia menyarankan agar sebelum setiap tahun ajaran dimulai, orang tua atau pengurus siswa menyepakati peraturan yang harus mereka ikuti di sekolah.
Misalnya saja peraturan seragam sekolah, jam masuk sekolah, tata cara potong rambut dan pemberangkatan serta pengambilalihan, sehingga orang tua juga harus memahami kapan pelanggaran dan sekolah tersebut dilakukan. dalam batas wajar.
“Jadi ketika orang tua ingin menyekolahkan anaknya, mereka perlu mengetahui aturan yang berlaku dan pihak sekolah berkewajiban untuk menginformasikan hal tersebut kepada mereka. “Jadi apabila ada pelanggaran bisa diselesaikan dengan kesepakatan bersama,” kata Irfansyah. (antara/Medan Pers)