Keajaiban di Wonoagung saat Erupsi Semeru

author
2 minutes, 0 seconds Read

Medan Pers – Awan Panas Longsor (APG) di Gunung Semeru menutupi empat desa di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Kandipuro, Kabupaten Lumajang. Namun ada desa di lereng Semeru yang belum terkena dampak PNG, meski berada di dekat puncak gunung tertinggi di Jawa.

Diposting oleh Rido Abdullah, Lumajang

BACA JUGA: Bintang Sinetron TMTM Jadikan Tempat Perlindungan Letusan Semeru

LEDAKAN Gunung Semeru yang terjadi pada 4 Desember 2021 memang menyisakan banyak cerita yang kurang memuaskan. Akibat bencana tersebut, 48 orang meninggal dunia dan lebih dari 6.500 orang terpaksa tinggal di pengungsian.

Sihir. Dusun Wonoagung di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang yang dekat dengan Kawah Semeru aman.

BACA JUGA: Gunung Semeru Runtuh Pengungsi Hilang, Warga Tersapu Migran

Wonoagung bisa disebut sebagai desa terakhir sebelum Puncak Semeru yang bernama Kawah Yongring Saloko. Letaknya di atas Desa Kurah Kobokan, Kajar Kuning, dan Kamar Kayang yang terkena dampak serangan PNG Semeru.

Anehnya, warga Wonoagunga hampir tidak mengetahui kapan kebakaran terjadi. Salah satu warga desa, Muhammad Khalil (57), mengaku belum mengetahui adanya bencana tersebut, karena banyak korban jiwa.

BACA JUGA: Poster Puan Maharani Bertebaran di Reruntuhan Semeru. Siapa yang menggantungnya?

“Sejak tahun 1987 hingga sekarang, kami tidak terkena dampak ledakan,” kata Khalil kepada Medan Pers baru-baru ini.

Memang masyarakat Wonoagun sering mendengar tentang gunung berapi Semeru. Gunung berapi yang juga dikenal dengan nama Mahameru itu terdengar bergemuruh.

Namun ketika PNG muncul pasca ledakan, masyarakat Wonoagunga belum mengetahuinya. Diakui Khalil, jika lahar langsung menghantam Wonoagung, ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Kalaupun lahar datang ke sini, kita pasti tidak bisa lepas, kita akan kena, satu-satunya jalan adalah percaya kepada Sang Pencipta, kata Khalil.

Ketika PNG menyerang pertanian lain, Khalil sedang pergi ke kota Lumajang untuk mengunjungi kerabatnya. Saat itu, belum ada informasi tentang PNG.

Menurut Khalil, dirinya baru mengetahui kehidupan PNG karena diceritakan oleh warga Desa Penanggal yang letaknya di bawah.

“Lalu saya turun ke desa Penanggal, tapi karena menunggu cucu, saya harus naik. Saya ketemu banyak orang di jalan, terlihat ada ledakan,” ujarnya. .

Khalil dan masyarakat Wonoagung langsung kaget ketika PNG menimbulkan banyak korban jiwa di desa lain. Sebagai seseorang yang sudah lama tinggal di lereng Semeru, ia terkejut karena tidak mengetahui keadaan tersebut.

Menurut Khalil, ada satu hal penting yang sangat diyakini masyarakat Wonoagung, yaitu tidak adanya tipu daya dan keserakahan. Jika ada salah satu warga Wonoagun yang melanggar larangan tersebut, maka bencana akan terjadi di desa tersebut.

“Kami menghormati alam, kalaupun ada orang yang mau menebang pohon, ada hari dan waktunya, tidak sembarangan,” ujarnya. (Medan Pers) Jangan lewatkan video terbaru :

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *