P
Christian Sugiono, Kepala Unit Umum Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Banumas, mengatakan jamu pisang sebenarnya bukan jamu yang terbuat dari buah pisang, melainkan minuman tambahan yang dicampur dengan berbagai obat yang dapat menyebabkan penyakit tersebut. Efek toksik seperti konsumsi obat
Baca Juga: Sabu-sabu, FBR dan AD ditangkap polisi karena kepemilikan 1,7 kg
“Kami sudah mendalami pengaduan masyarakat mengenai perdagangan obat-obatan terlarang dan ilegal,” kata Christian Sugiono pada konferensi pers demonstrasi BNN Kabupaten Banyumas 2024. Purvokerto, Banumas, Selasa
Ia mengatakan, saat ini pihaknya sedang menyelidiki keberadaan produsen jamu India yang banyak dijual di Banumas, khususnya di Baturaden, di banyak tempat hiburan malam.
Baca Juga: Polisi tangkap pengusaha yang menyamar sebagai pembeli, pelajar ditangkap di Siak karena membawa 2,6 kg sabu-sabu
Sementara itu, Peneliti BNN Geeta Tri Ramdani, pakar muda selaku Ketua Satgas Pemberantasan BNN Kabupaten Banumas, mengatakan berdasarkan hasil profil masyarakat yang mengonsumsi jamu kunyit, sebenarnya minuman tersebut sudah ada sejak lama. . . Sebelum terbentuknya BNN Kabupaten Banumas
“Kami mengambil sampel untuk diuji di Balai Laboratorium Obat BNN di Lido pada tahun 2016, namun hasil pengujian tidak menunjukkan adanya kandungan obat. Ternyata positif sabu atau sabu,” ujarnya.
Baca juga: Dana Pedesaan Buruh Terhormat yang Korup, Kerugian Negara 433 Juta Rubel
Selain itu, pada tahun 2023 dan 2024, kata dia, BNN Kabupaten Banumas kembali mengirimkan sampel obat herbal kacang tersebut untuk diuji laboratorium dan menyimpulkan minuman tersebut mengandung bahan yang sama dengan obat batuk.
Dalam hal ini, kata dia, produsen “Obat Herbal Kendee” meracik satu merek minuman suplemen dengan berbagai obat batuk dan menurut hasil profil terbaru, minuman campuran tersebut dijual dengan harga Rp. botol 350 ribu
Ia mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan BNN kabupaten/kota lain terkait pendistribusian ‘Jamu Kedi’ namun hingga saat ini minuman oplosan tersebut belum terdeteksi di kabupaten lain.
Katanya, pernah ditelusuri di kawasan Purbaling namun setelah diverifikasi berasal dari Batureden dan sejauh ini hanya melewati Batureden.
Menurut dia, pihaknya masih mendalami keberadaan produsen Kedi Herbalmedis tersebut, karena berdasarkan informasi, minuman oplosan tersebut dibuat sesuai petunjuk.
“Misalnya malam ini kita targetkan jual 5-10 botol, mereka memproduksi sebanyak itu, jadi langsung habis. Ini yang menjadi permasalahan kita,” jelasnya.
Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk melaporkan segala aktivitas mencurigakan kepada pihak yang berwenang.
Terkait penanganan pengguna jamu kunyit, Geetha mengatakan timnya sudah melakukan rehabilitasi terhadap yang bersangkutan.
Terpisah, YS (28) asal Purwokerto yang mengonsumsi jamu kuning mengaku efek minuman oplosan tersebut sangat terasa di kepala hingga penggunanya berhalusinasi.
“Efeknya sangat kuat di kepala, disusul halusinasi, dan akhirnya muntah-muntah. Jadi jangan coba-coba mengonsumsi jamu kunyit atau narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya,” ujarnya. (antara/Medan Pers)
Baca Artikel Lainnya… Brigjen Faisal Rahmadani: Kejar, Minta Mabel Ditangkap atau Hidup