Waketum PAN Membeberkan Alasan Setuju Ambang Batas Pencalonan Presiden Nol Persen

author
2 minutes, 10 seconds Read

Medan Pers – JAKARTA – Wakil Presiden Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno menjelaskan alasan disetujuinya Presidential Threshold (PT) nol persen.

Menurutnya, ada beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran mengenai hal tersebut.

BACA JUGA: Pemimpin MPR Eddy Soeparno mendapat gelar doktor ilmu politik dengan predikat cum laude

Antara lain menghadirkan putra-putri terbaik Indonesia sebagai calon pemimpin.

PAN juga menyarankan agar Presidential Threshold nol persen, ada alternatif partisipasi putra-putri terbaik Indonesia di Pilpres mendatang yang semakin besar, kata Eddy.

BACA JUGA: Doktor di UI Soal Transformasi Partai, Eddy Soeparno Dapat Cumlaude

Hal itu diungkapkannya saat sidang terbuka promosi Ph.D Program Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) di Kampus UI Depok, Jawa Barat. 12/12).

Menurut Eddy, PAN juga mendukung penurunan ambang batas parlemen sebesar empat persen.

BACA JUGA: Ketua KPPS Pilih 18 Surat Suara Pram-Rano, PAN Yakin Pilkada Jakarta Putaran 2

Penyebabnya adalah semakin besarnya keterlibatan partai politik di parlemen.

“Representasi masyarakat yang dilakukan melalui partai politik yang kemudian ternyata tidak melewati ambang batas parlemen itu tidak ada gunanya, tidak sia-sia,” ujarnya.

Hal itu diungkapkan Eddy saat menjawab pertanyaan dr. Sri Budi Eko Wardani, M.Si yang menjadi salah satu penguji pada sidang terbuka promosi Ph.D.

“Bagaimana posisi Pak Eddy soal ambang batas parlemen? Kalau (saya dukung) nol persen,” kata Sri.

Ia memperkirakan kebijakan ambang batas parlemen empat persen tergolong tinggi sehingga dapat mempengaruhi pragmatisme partai politik di Tanah Air.

Jadi, partai terpaksa mengejar empat persen dan akhirnya menjadi pencari suara, tidak punya jati diri, harus mengejar ambang batas parlemen untuk masuk DPR, ujarnya.

Hal ini membuat Sri mempertanyakan pandangan Eddy yang menduduki posisi politikus dan ilmuwan tentang politik ambang batas parlemen.

“Dulu (menjawab) sebagai PAN, sekarang sebagai ilmuwan (bagaimana)?” Sri bertanya.

“Ngomong-ngomong, pendapat itu (soal penurunan ambang batas parlemen) saya sampaikan kepada Ketua Umum saya,” kata Eddy.

Pada ujian terbuka yang digelar di Auditorium FISIP Juwono Sudarsono UI, Eddy memaparkan tesisnya yang berjudul ‘Transformasi Perubahan Partai di Indonesia: Studi Kasus Partai Amanat Nasional Periode 2016-2022’.

“Secara keseluruhan, penelitian ini berpendapat bahwa PAN telah bertransformasi dari partai yang secara ideologis konfrontatif dan fokus pada kebijakan (policy-seeking) menjadi partai yang secara pragmatis kooperatif yang fokus pada perolehan suara dan jabatan (vote and office-seeking),” kata Eddy. awalnya saat membaca naskah skripsi.

Acara tersebut juga dihadiri oleh Wakil Menteri (Wamen) Transmigrasi Viva Yoga Mauladi, Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, Ketua Komisi VII DPR RI Saleh Partaonan Daulay dan Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio. (Antara/Medan Pers)

BACA PASAL LAINNYA… Wakil Ketua MPR minta RUU Penanggulangan Perubahan Iklim segera dimasukkan dalam agenda legislatif nasional

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *