Medan Pers, JAKARTA – Universitas Terbuka (UT) menerapkan kecerdasan buatan (AI) dalam proses pembelajaran.
Hal ini merupakan salah satu tren jangka panjang pembelajaran jarak jauh (PJJ) di Indonesia.
BACA JUGA: Universitas Terbuka meluncurkan 2 program baru untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Wakil Rektor Bidang Akademik UT, Dr. Mohamad Yunus, S.S saat membuka workshop Al dalam rangkaian Dies Natalis ke-40 Universitas Terbuka (UT) yang berlokasi di Tangsel, Rabu (21/8).
Dengan pesatnya perkembangan teknologi, penggunaan AI dalam pendidikan menjadi hal yang tidak bisa dihindari.
BACA JUGA: 4 Profesor Baru, Universitas Terbuka Cari Citra Terbaiknya untuk Go Global
Namun dengan fleksibilitas yang ditawarkan, muncul pula berbagai permasalahan dan permasalahan yang perlu diatasi.
“AI adalah alat untuk membantu, namun tidak boleh diabaikan, peran pendidik dan guru yang cerdas ada di baliknya, sehingga AI tidak menurunkan kualitas siswa,” jelasnya.
BACA JUGA: Universitas Terbuka Luncurkan MBKM Expo, Ciptakan Perkembangan dan Daya Saing Lebih Baik
Sebagai bagian dari Rangkaian Perayaan Dies Natalis Universitas Terbuka (UT) ke-40, dalam rangka mendorong kemajuan AI (Artificial Intelligence), UT menyelenggarakan Seminar AI Blended Learning dengan tema “Transforming Education in the Times” of Digital: Use AI for to to pembelajaran yang lebih baik dan lebih baik.”
Seminar ini menghadirkan berbagai topik yang dibahas antara lain tentang dasar-dasar kecerdasan buatan dan penerapannya dalam pendidikan, membangun sistem pembelajaran menggunakan AI, permasalahan penelitian terkait AI, tantangan etika dalam penggunaan AI dalam pembelajaran, pengguna asisten AI, kesadaran diri dalam pembelajaran, bertanya pertanyaan dan menggunakan papan AI.
Sejumlah pakar baik akademisi maupun praktisi mengikuti diskusi yang sangat menarik, informatif dan berwawasan luas mengenai pendidikan dari berbagai universitas terkemuka yaitu UT, UGM, ITB dan UI serta dihadiri oleh seluruh civitas akademika UT di Indonesia.
“Sejauh ini kami sudah sosialisasikan kepada teman-teman tentang pemanfaatan AI dalam dunia pendidikan. Kami juga sudah melaksanakan ujian semester II sebanyak lima mata pelajaran dari 420 kelas,” kata Yunus.
Pemanfaatan AI sejalan dengan misi UT untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi yang komprehensif dan berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat.
Pelatihan dan workshop ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam pemanfaatan AI dalam dunia pendidikan.
“Kedepannya secara bertahap kami akan memperluas penggunaan AI untuk mengajar siswa,” ujarnya.
Selain itu, di UT saat ini terdapat kurang lebih 48 program studi, dibandingkan rata-rata 45 hingga 50 program studi.
Jadi, untuk pilot project semester ini ke semester depan, minimal 3 mata kuliah per program (menggunakan AI).
Direktur Pusat Riset dan Inovasi LPPM Universitas Terbuka Prof. Daryono, S.H., M.A. Ia menambahkan, setiap program studi dan MKWU atau University Colleges pada tahun lalu menerapkan penggunaan kecerdasan buatan di 421 kelas.
“Kemudian MKWU akan kami terapkan di seluruh kelas, termasuk mata kuliah untuk pembelajaran di era digital,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. Tn. Tian Belawati M.Ed., Ph.D., guru besar UT, mengatakan agar berhati-hati dalam menggunakan data yang dihasilkan AI untuk menghindari plagiarisme.
Selain itu, dampak belajar mengajar, seperti otonomi peserta didik, harus diperhatikan.
Jangan biarkan ketergantungan yang berlebihan pada alat AI mengurangi pemikiran kritis
Ia menyimpulkan: “Peran pendidik tidak boleh bergantung pada pengetahuan tentang AI karena dampaknya dapat berupa memberi hingga membimbing. Secara umum, siswa dan guru harus lebih pintar, bukan lebih baik dari AI”. (esy/Medan Pers)
BACA ARTIKEL LAGI… Universitas Terbuka dan BWI Gandeng, Investasikan Dana pada Sukuk Wakaf