Medan Pers – Guru honorer SDN 4 Baito, Supriyani, menolak memenuhi panggilan Gubernur Konawa Selatan Surunuddin Dangga. Batas waktu yang ditentukan yaitu 1×24 jam telah habis.
Sebelumnya, Gubernur Surunuddin menelepon guru Supriyani yang mencabut surat perdamaiannya dengan Aipda Wibowo Hasyi, orang tua siswa D yang diduga menjadi korban penganiayaan.
Baca juga: Yang Terhormat Guru Supriyani Diminta Bebas, Komisi III DPR: Kasusnya Tak Layak Diadili
Kapolres Konsel AKBP Febry Sam (kiri), Hon Guru Supriyani (kedua kiri), Bupati Konsel Surunuddin Dangga (tengah) dan Aipda Wibowo Hasyim (kedua kanan) saat menyepakati perdamaian pada Selasa (4/11/2024) lalu. Foto: ANTARA/HO
Panggilan tersebut dikeluarkan Gubernur Konsel karena merasa nama baiknya tercoreng sebagai pihak yang menjadi perantara antara Guru Supriyan dan orang tua Siswa D.
BACA JUGA: Tuntutan kebebasan Guru Supriyani yang dianalisa Reza Indragiri, semuanya mengudara
Lantas bagaimana reaksi Gubernur Konsel Surunuddin usai batas waktu 1×24 jam Supriyani meminta maaf?
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Konsel Annas Masud mengatakan, pihaknya menunggu instruksi Gubernur Surunuddin Danggu untuk memanggil Guru Honorer SDN 4 Baito Supriyani yang melampaui batas waktu.
BACA JUGA: Remaja Jadi Tersangka Usai Terima Video Tak Senonoh dari Anak Pengusaha, Kenang Sahroni Kapolri
Dia mengatakan, surat panggilan itu dilayangkan kepada Supriyan karena guru terhormat itu mencabut perjanjian damai dengan keluarga Aipda Wibowo Hasyim.
Batas waktu tanggapan terhadap panggilan tersebut adalah 1 x 24 jam sejak surat dikirimkan pada 6 November 2024.
Ya, tidak ada permintaan maaf (dari Supriyani) tapi kami masih menunggu perintah penguasa karena sejauh ini belum ada perintah atau instruksi lebih lanjut dari penguasa, kata Annas Masud, Selasa (12/11/2024).
Annas mengatakan, pemerintah daerah (Pemda) berjanji akan memberikan teguran kepada guru honorer SDN 4 Baito Supriyani yang saat ini berselisih dengan keluarga Aipda Wibowo Hasyim karena tidak ada penekanan pada mediasi. di Kantor Konsulat Gubernur (Rujab).
Hal itu merujuk pada pernyataan Supriyani yang merasa tertekan saat mediasi yang digagas Gubernur Konsel.
“Jika kita tidak mengajukan tantangan, masyarakat akan menganggap memang ada paksaan dalam mediasi,” ujarnya.
Selain itu, Annas juga menjelaskan, somasi yang dilayangkan kepada Supriyani merupakan bukti yang dibuat Pemerintah Kabupaten Konsuler untuk memberikan rasa damai kepada seluruh masyarakat, khususnya kepada pihak-pihak yang terkena dampak dalam kasus dugaan penganiayaan di SDN 4 Baito. .
Somasi ini dikeluarkan sebagai bukti bahwa mediasi yang dilakukan bertujuan untuk memberikan rasa damai kepada pihak-pihak yang dirugikan, kata Annas Masud.
Ia mengatakan, mediasi perdamaian yang dilakukan langsung oleh Gubernur Surunuddin Dangga merupakan pendekatan sosial untuk mencapai kerukunan.
“Pak Gubernur selalu menegaskan, permasalahan proses hukum yang terjadi di Pengadilan Negeri Andoolo adalah hal lain dan Gubernur tidak akan ikut campur di dalamnya. Kami pemerintah selalu berusaha mendamaikan para pihak,” tambah guru Supriyani, Annas Masud. . menerima panggilan penguasa
Sebelumnya diberitakan, Yang Terhormat Guru Supriyani melalui kuasa hukumnya menolak menanggapi seruan Bupati Konawa Selatan (Konsel) Surunuddin Dangga terkait pencabutan perjanjian damai antara Guru SDN 4 Baito dan Aipda Wibowo Hasyim, orang tua Siswa D yang diduga menjadi korban penganiayaan.
Surat panggilan tersebut dilayangkan Bupati Surunuddin melalui Bagian Hukum Sekretariat Daerah Pemkab Konsel.
Berdasarkan somasi, tindakan Supriyani selaku guru tetap SDN 4 Baito, Desa Wonua Raya, Kecamatan Baito, Konsel, mencabut surat perdamaian merupakan tindakan pencemaran nama baik terhadap penguasa.
Kuasa hukum Supriyani, Andri Darmawan mengatakan somasi itu tidak berdasar.
“Somasinya tidak usah kami jawab, padahal ada tuntutan minta maaf dan mencabut surat permintaan maaf serta ancaman lapor polisi, silakan saja,” kata Andri dilansir Disway, Minggu (11/10). /2024).
Ia mengatakan, guru Supriyani tidak pernah mencemarkan nama baik siapapun.
Menurutnya, apa yang disampaikan kliennya soal perdamaian yang ditengahi Gubernur Konsel merupakan kondisi yang dialami Supriyani.
Andri mengatakan, banyak pejabat yang hadir dalam pertemuan tersebut dan rupanya memerintahkan Supriyani untuk bersedia berdamai dengan Aipda Wibowo Hasyi.
Sementara itu, Andri menilai surat penyelesaian tersebut sangat merugikan Supriyani karena kasusnya masih berjalan, membuktikan Supriyani tidak bersalah dan mengumumkan kode etik baik bagi pihak kejaksaan maupun polisi yang menangani kasus tersebut.
Supriyani sendiri mengatakan, meski tidak ada diskusi atau pernyataan yang memaksanya menandatangani perjanjian damai, namun secara psikologis ia mengalami tekanan.
“Kemarin tidak ada yang mendorong dan memaksa saya, tapi dibalik itu semua pikiran saya tertekan,” ujarnya beberapa hari lalu (ant/Medan Pers) Jangan lewatkan video terbaru: