Medan Pers, ANKARA – Militer Israel pada Sabtu menerobos menara pengatur lalu lintas udara yang dikenal sebagai ATC di Bandara Internasional Rafik Hariri di Beirut, menimbulkan ancaman terhadap pesawat sipil Iran yang mencoba mendarat.
Kementerian Transportasi Lebanon kemudian memerintahkan otoritas bandara untuk mencegah pesawat Iran memasuki wilayah udara Lebanon.
Baca juga: Hizbullah Marah Israel, Puluhan Ribu Warga Lebanon Terpaksa Mengungsi
Seorang pejabat kementerian mengonfirmasi kepada Anadolu bahwa instruksi tersebut terkait dengan peringatan keras Israel.
Sejauh ini belum ada tanggapan dari Israel mengenai hal tersebut.
Baca juga: Israel Bunuh Bos Hizbullah, Pemimpin Tertinggi Iran Pindah ke Lokasi Rahasia
Namun, beberapa jam sebelumnya, juru bicara militer Israel Daniel Hagari memperingatkan bahwa “kami tidak akan mengizinkan senjata dikirim ke Hizbullah”, termasuk “melalui Bandara Internasional Beirut”.
“Kami tidak akan mengizinkan transfer senjata ke Hizbullah dengan cara apa pun. Kami mengetahui adanya transfer senjata Iran ke Hizbullah, dan kami akan berupaya untuk menggagalkannya,” kata Hagari dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Dunia Saat Ini: Serangan Udara Israel Korbankan Hampir 500 Jiwa
“Kami menyatakan bahwa kami tidak akan membiarkan pesawat musuh yang membawa senjata mendarat di bandara sipil di Beirut. Ini adalah bandara sipil untuk keperluan sipil, dan harus tetap demikian,” ujarnya.
Menteri Transportasi dan Pekerjaan Umum Lebanon, Ali Hamia, pada hari Sabtu membantah klaim Israel bahwa Bandara Internasional Beirut digunakan untuk mengirim senjata ke Hizbullah.
Dia menyatakan bahwa bandara tersebut ditujukan untuk “warga sipil saja”, dan menambahkan bahwa “lalu lintas udara militer di bandara Beirut hanya tunduk pada persetujuan tentara Lebanon”.
Sebelumnya dilaporkan bahwa militer Israel pada hari Sabtu mengklaim telah membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dalam serangan udara baru-baru ini di pinggiran selatan Beirut.
Dalam pernyataan di
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak dimulainya serangan Israel di Jalur Gaza pada 7 Oktober tahun lalu. (semut/dil/Medan Pers)