Medan Pers – Pondok Pesantren Al Mukmin (Pohnpes) di Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, tengah menyedot perhatian banyak kalangan. Momen Hari Ulang Tahun RI (HUT) ke-77 menjadi pemicunya.
Dilaporkan oleh Romensy Agustino, Sukoharjo
Baca Juga: Menko Muhadjir Salut kepada Ustaz Abu Bakar Basir yang Pimpin Perayaan HUT ke-77 RI
Ada sorotan masyarakat terhadap Pondok Pesantren Al Muqmin Ngruki. Perguruan Tinggi Islam Ngruki – begitu disapa – menjadi sorotan karena beberapa alumninya terlibat terorisme, namun untuk pertama kalinya perguruan tinggi Islam yang didirikan oleh Abu Bakr Ba’sir cum Suisse ini menggelar wisuda dalam rangka Republik Hari Kemerdekaan Indonesia, Rabu (17/8).
Sejak berdirinya pada tahun 1972, Perguruan Tinggi Islam Ngruki belum pernah menyelenggarakan upacara bendera. Abu Bakar Baseer juga berpendapat bahwa memberi hormat pada bendera adalah tindakan syirik.
Baca juga: Tumpukan
Situs resmi Perguruan Tinggi Islam Al Muqmeen mencatat, Perguruan Tinggi Islam ini berdiri pada tanggal 10 Maret 1972. Pelopor dan pendirinya adalah Abdullah Sungkar, Abu Bakar Basir, Abdullah Baraja, Yoyok Roziwadi, Abdul Kohr Deng Matase dan Hassan Basri.
Berdirinya Pondok Pesantren tidak terlepas dari peristiwa tahun 1965. Para pendiri Pondok Pesantren Al Muqmin terinspirasi untuk menyikapi realitas sosial masyarakat Solo dan ancaman terhadap eksistensi Islam saat itu.
Baca Juga: Abu Bakar Basir Hadiri Upacara HUT RI, Perguruan Tinggi Islam Ngruki Bukan Anti NKRI
Akhirnya didirikanlah sebuah pesantren di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam dan Yatim Piatu Al Muqmeen (YPIA). Lokasi aslinya di Jalan Geding Kidul No 72 A, Solo.
Perguruan Tinggi Islam memiliki 30 mahasiswa ketika didirikan. Jumlah tersebut termasuk 10 mahasiswa yang dilayani oleh YPIA.
Ternyata jumlah santri di Pondok Pesantren Ngruki berkembang sangat pesat. Namun sarana dan prasarana saat itu masih terbatas.
Pada tahun 1974, pengurus YPIA memindahkan markas besar Perguruan Tinggi Islam Al Muqmin ke desa Semani, Dukuh Ngruki di Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Lokasi baru tersebut adalah tanah wakaf KH Abu Amar.
Sejak itulah Madrasah Al-Mukmin Nagruki lebih dikenal dengan sebutan Perguruan Tinggi Islam.
Pada tahun 1982, Abdullah Sungkar dan Basir berhadapan dengan hukum. Saat itu penguasa Orde Baru menuduh kedua sahabat itu menghasut masyarakat untuk menentang Panchsila.
Pada pertengahan tahun 1980-an, Sungkar dan Basir mengungsi ke Malaysia. Duo ini baru kembali ke Indonesia pada tahun 1999 setelah jatuhnya Orde Baru.
Sungkar meninggal pada tahun 1999. Namun Baisir tetap melanjutkan kiprahnya mendukung jihad.
Jejak fundamentalis juga telah ditinggalkan di Perguruan Tinggi Islam Ngruki. Beberapa mantan mahasiswanya terlibat dalam terorisme.
Misalnya saja ada Faturrahman Al-Ghozi lulusan Pondok Pesantren Al Muqmin tahun 1986. Dia ditembak mati oleh pihak berwenang Filipina pada tahun 2003.
Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam Ngruki yang terkenal lainnya adalah Ali Gufron alias Muklas, terpidana mati bom Bali I, ada juga Arif Sunarno alias Ustaz Dawood Zulkarnain, lulusan Perguruan Tinggi Islam Ngruki yang akhirnya menjadi Panglima Laskar. Jemaah Islamia.
Namun pada 17 Agustus 2022, suasana di Pondok Pesantren Al Muqmeen Nagruki tampak berbeda. Upacara pengibaran bendera digelar di Perguruan Tinggi Islam yang berusia setengah abad itu dalam rangka HUT ke-77 Republik Indonesia.
Tiga santri Pondok Pesantren Al Muqmeen menjadi petugas penggalangan biracial.
Komandan upacara adalah seorang ustaz muda jebolan Perguruan Tinggi Islam Nagruki bernama Muhajireen (19).
Ustaz Baisir mengatakan, upacara tersebut merupakan wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas seluruh perguruan tinggi Islam yang dipimpinnya.
“Jadi sudah menjadi tanggung jawab kita semua, apapun yang diberikan Allah kepada kita hendaknya kita tanggapi dengan rasa syukur, diwujudkan melalui sebuah upacara,” kata Ustaz Basir usai mengikuti upacara yang digelar di Kemah Pondok Pesantren Al Muqmin Nagruki.
Sesepuh kelahiran Jombang, 17 Agustus 1938 ini menuturkan, perayaan HUT RI diawali oleh lulusan Perguruan Tinggi Islam Ngruki.
“Ini sebenarnya bukan kegiatan perguruan tinggi, tapi kegiatan alumni,” ujarnya.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendi turut serta langsung dalam upacara di Perguruan Tinggi Islam Ngruki. Seorang pendeta Muhammad bertindak sebagai pengamat upacara tersebut.
Sejumlah aparat TNI dan Polari turut hadir dalam upacara tersebut, antara lain Denrem 074/Warastratama Kolonel Inf Achiruddin, Dendim 072/Sukoharjo Letkol Sizi Slamet Riadi, dan Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan.
Ustaz Yahya, Direktur Perguruan Tinggi Islam Al Muqmeen, mengatakan upacara tersebut merupakan tanda bahwa perguruan tinggi Islam miliknya tidak anti-NKRI.
“Biarlah dunia melihat bahwa kita tidak anti NKRI, begitulah pemberitaan di luar. Kita tidak mau itu,” ujarnya. (mcr21/Medan Pers) Jangan lewatkan video terbaru :