Medan Pers – Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni angkat bicara soal kasus penyandang disabilitas di Mataram, NTB bernama I Wayan Agus Suartama (IWAS), alias Agus (21), diduga memperkosa seorang pelajar.
Dalam kasus ini, IWAS yang tidak memiliki kedua tangannya diduga memperkosa seorang pelajar berinisial MA, di sebuah homestay di Mataram, NTB.
Baca juga: Penyandang Disabilitas di NTB Diduga Pemerkosaan, 13 Korban, Ada Videonya
Namun informasi mengenai kronologi kasus ini berbeda-beda antara tersangka, keluarganya, dan polisi.
GAA, ibunda IWAS, pada Minggu, 12 Januari mengatakan, MA membawa anaknya ke rumah keluarga.
Baca Juga: Gus Miftah Ucapkan Hal Bodoh ke Penjual Es Teh, Dia Minta Maaf, Begini Kalimatnya.
Sementara itu, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda NTB Kombes Syarif Hidayat mengatakan, IWAS-lah yang awalnya membawa korban ke rumah keluarga tempat dugaan penganiayaan itu terjadi.
Menanggapi kontroversi tersebut, Sahroni meminta polisi tidak terburu-buru menyelesaikan kasus tersebut.
Baca Juga: Tembakan Gamma, Reza Nilai Aksi Aipda Robig Terlihat Lebih Seram
Saya minta Polda NTB mengkaji dan mengkaji ulang kasus ini, jangan terburu-buru, kata Sahroni di Jakarta, Rabu (12/4/2024).
Ia mengatakan jika mengikuti perkembangan kasus dugaan pemerkosaan ini, ada banyak versi kasusnya.
Oleh karena itu, polisi tidak boleh terpengaruh, harus memiliki hasil penyidikan yang solid. Tidak hanya dari satu sisi saja, ujarnya.
Sahroni pun berharap kasus ini segera mendapat penyelesaian. Apalagi, kasus ini menyedot banyak perhatian publik.
“Sekarang masyarakat bertanya-tanya, merasa banyak kejanggalan. Oleh karena itu, polisi harus punya bukti yang lebih kuat dan kronologisnya. Agar kasus ini bisa diselesaikan secara adil sesuai fakta yang terjadi,” ujarnya.
Untuk menangani kasus ini secara adil, polisi harus berhati-hati.
“Penyidikan dan penetapan kasus ini tidak boleh dilakukan secara tergesa-gesa,” kata legislator Partai NasDem itu.
Sahroni yakin Polda NTB bisa menyelesaikan kasus pelecehan seksual ini dengan cepat dan hati-hati.
Saya yakin Polda NTB bisa menangani kasus ini secara obyektif dan hati-hati. Kita harus percaya pada hasil akhir penyidikan, kata Sahroni (fat/Medan Pers).