Medan Pers – Kasus seorang pria yang ditolak bernama Wayan Agus Suardama (IWAS) alias Agus (21) untuk ditemukan pada siswa Mataram, NTB) menyita perhatian umum.
Kasus yang benar yang menurut siswa pada awalnya.
Baca Juga: Disabilitas Percikan NTB Dilayani sebagai Siswa yang Diduga, Ini Gila
Kasus ini telah dikelola dengan penyelidik remaja, anak -anak dan wanita (Recta) IV Detection NTB.
Kasus siswa untuk menarik perhatian orang -orang karena cacat terakhir yang rusak.
Baca juga: Sherly Tjobanda membuat bagian utara Maluku
Hubungan kecil, psikologi Amriel Reza Indragiri asing telah menganalisis bahwa kekerasan atau ancaman kekerasan tidak hanya dalam bentuk fisik.
Ancaman menurut Reza, mungkin secara psikologis. Misalnya, ancaman menyebarkan foto telanjang jika tidak cocok dengan penulis.
Baca Juga: Deskripsi Komnicanering Wilayah Java Comnas Tentang tentang Mahasiswa Kepolisian Sekolah Kejuruan Mati
“Dengan mempraktikkan metode psikologis psikologis, operator yang rusak dapat menerapkan paha seksual yang buruk. Mereka dapat memaksa nafsu makan yang dikreditkan,” kata Reza dikonfirmasi oleh Medan Persn.com, kedua belah pihak (12/2/2/2024).
Para ahli dengan Mcrim dari Melbourne University of Melbourne dan kemudian membuat berbagai elemen berbeda yang telah menjadi kasus saksi dapat terjadi.
Pertama, otoritas (kemampuan untuk mengendalikan penulis korban).
Dua kali, kecanduan (tidak kuat, ketergantungan korban.
Ketiga, eksploitasi (penguasaan, penggunaan korban oleh penulis).
Elemen pertama dan kedua adalah dimensi mental. Elemen ketiga adalah dimensi perilaku (perilaku).
“Jika ketiganya ada di sana, maka hal -hal saksi sedang terjadi.
Menurut psikologis psikologis dari UGM Yogyakarta, hati -hati dan seperti kurangnya konsensus.
“Ini berarti bahwa, jika kontak seksual tidak disetujui oleh dua jenis yang berbeda, itu adalah kriminal,” katanya.
Secara fisik, kata Reza, pemerkosaan adalah penetrasi penis ke vagina. Disebut pemerkosaan hanya perilaku seksual.
“Periksa A-E telah menulis sebelumnya,” Reza melanjutkan. A yang menunjukkan otoritas, D dalam kecanduan, dan E menunjukkan eksploitasi.
Menurut Reza, yang segera menolak probabilitas orang -orang yang tidak beragama untuk menjadi kekurangan seksual karena terbatas pada penulis penulis dan dibesarkan.
“Mereka lupa bahwa inti lagi, inti Ropol ada dalam sikap batin. Tidak dalam aktivitas motorik seksual,” kata Reza Indragiri.