Medan Pers – Mahasiswi kembali menganiaya anak majikannya. Pusat penyiksaan ini terjadi di Semarang, Jawa Tengah.
Masiloch, 33, perempuan asal Pekalongan, Jawa Tengah, melakukan tindak pidana terhadap anak majikannya. Kini dia ditetapkan sebagai tersangka.
Baca juga: Nilai OTT KPK di Kalsel Setengah dari Nilai OTT Biren Paman Sahbiren Noor.
“Korban baru berusia dua tahun 10 bulan,” kata Kapolsek Samarang Irwan Anwar saat jumpa pers di Polsek Samarang, Senin (10/7).
Pelaku sudah setahun mengasuh keluarga korban. Namun selama dua bulan terakhir, Masiloch telah berulang kali dianiaya.
BACA JUGA: Momen Sopir Trans Semarang Meninggal di Terminal Mankang, Saksi Mata
Menurutnya, Masiroh merasa lelah dan kesal karena dipukul berulang kali oleh korban. Inilah sebabnya dia menyiksa putra majikannya.
Ia berkata, “Akibat kejadian tersebut, korban mengalami luka lecet pada bibir dan punggung tangan.
BACA JUGA: Siapa Wanita Ini yang Ditangkap Kembali di OTT KPK Kalimantan Selatan?
Pada tanggal 30 September 2024, Masiloch melakukan perbuatan kejam dengan memukul, menendang, menampar, dan menonjok korban (bayi) yang berusia kurang dari 5 tahun hingga menangis.
“Terus aku salah lagi. Adikku makan sampai kenyang dan tidak bisa menelan. Setelah itu, dia mengajak teman-temannya bermain dan menangis. Aku mencubitnya dan memukulnya hingga bibirnya keluar.” kata Mashiro.
Perbuatannya terekam kamera pengawas atau CCTV di rumah korban. Sore harinya, ibu korban yang selama ini melindunginya kembali ke rumah dan meminta pelaku berhenti bekerja.
“Saya lelah mengurus dua anak. Yang pertama berumur 4,5 tahun dan yang kedua berumur sekitar 3 tahun. Masalahnya, setiap hari Sabtu dan Minggu, keluarga korban membawa mereka ke luar kota. Hari Senin melelahkan dan anak-anak berantakan,” kata Asisten Keluarga (ART).
Masirokh menyesali perbuatannya. Ia mengaku tak ada niat untuk menyampaikan rasa lelahnya kepada sang majikan. Menurut dia, kekerasan terhadap korban tidak akan terjadi seperti itu.
“Saya tidak bisa bilang sebenarnya capek. Ibu saya orangnya baik sekali,” ujarnya sambil mengaku menerima gaji bulanan sebesar Rp 2,2 juta.
Kini, atas perbuatannya, Masirokh dijerat Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 23 dan atau Pasal 76C Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Pasal 80(1) Undang-Undang Perlindungan Anak Republik Indonesia No.35 Tahun 2014.
Risiko maksimal pidana penjara 3 tahun 6 bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp72 juta (mcr5/Medan Pers).