Pertahankan Disertasi, Hasto Tegaskan Karakter Megawati Tidak Bisa Dibandingkan dengan Jokowi

author
2 minutes, 45 seconds Read

Medan Pers, DEPOK – Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto mengatakan, Ketumnya Megawati Soekarnoputri tak bisa disejajarkan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Klaim tersebut didasari oleh perbedaan perilaku antara Megawati dan Jokowi dalam memimpin.

Hal itu disampaikan Hasto saat menjawab pertanyaan seputar pembelaan tesisnya pada Sidang Terbuka Promosi Doktor Sekolah Kajian Strategis dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) di Depok, Jawa Barat, Jumat (18/10). ).

BACA JUGA: Hasto PDIP Raih Gelar Doktor dengan Penghargaan Cum Laude

Dalam pertemuan yang dihadiri Megawati, Hasto memaparkan sesi bertajuk “Kepemimpinan Politik Strategis, Ideologi dan Instansi Partai Serta Relevansinya dengan Stabilitas Partai: Kajian PDI Perjuangan”, hasil penelitiannya pada Agustus 2021.

Pada pertemuan tersebut, Prof. Dr. Hanief Saha Ghafur, selaku pendukung Hasto, menanyakan kemungkinan adanya konflik merugikan yang dapat berdampak pada PDIP ke depan. Menurut Prof. Hanif, Megawati memiliki kepemimpinan yang kuat di PDIP.

BACA JUGA: Hasto PDIP Bersinar, Raih Doktor Cum Laude dari SKSG UI

Namun potensi konflik masih ada, termasuk kejadian baru-baru ini di mana Presiden Jokowi, salah satu pendukung PDIP, mendukung putranya, Gibran Rakabuming Raka, menjadi cawapres Prabowo Subianto pada Pilpres 2024.

 “Bagaimana PDIP bisa membuat partainya kuat untuk melindungi dirinya dari konflik di masa depan, terutama konflik antara PDIP dan Presiden Jokowi?” tanya Profesor Hanief.

BACA JUGA: Hasto PDIP Sidang PhD di UI, Megawati hingga Ganjar hadir

Pertanyaan itu mengundang gelak tawa dan tepuk tangan. Megawati dan dua rivalnya di Pilpres 2024, Ganjar Pranowo dan Mahfud Md, turut hadir dalam pembukaan tersebut.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Hasto langsung merujuk pada kajian tulisannya.

“Antara PDI Perjuangan dengan Ibu Megawati dan Pak Jokowi, dari jajak pendapat ini tidak bisa dibandingkan karena karakteristiknya berbeda,” kata Hasto.

Usai memberikan jawaban tersebut, Hasto berhenti sejenak untuk memberikan kesempatan penonton bertepuk tangan.

Syahdan, Hasto menjelaskan perbedaan Megawati yang juga presiden kelima RI dengan Jokowi.

“Yang satu (Megawati, Red) memperjuangkan Indonesia Raya. Yang satu (Jokowi, Red) memenuhi bentuk segitiga otoritarianisme,” kata Hasto.

Yang dimaksud dengan segitiga otoritarianisme adalah segitiga feodalisme, kekuasaan populis, dan Machiavellianisme.

Selain itu, doktor ilmu geopolitik Universitas Pertahanan (Unhan) itu mengutip Machiavellianisme, ajaran Nicolo Machiavelli tentang pemerintahan dengan kekuasaan tak terbatas yang menggunakan segala cara. Menurut Hasto, ada tiga aspek Machiavellianisme.

“Pertama, jadilah pembohong dan pembohong ulung. Kedua, raihlah hal-hal besar dengan cara menipu. Ada teori tentang itu. Ketiga, tidak ada alasan bagus untuk mengingkari janji,” ujarnya. Hasto kembali disambut tepuk tangan meriah.

Politisi asal Yogyakarta itu menambahkan, Megawati selalu mengedepankan hal-hal penting di kubu PDIP, seperti janji Bung Karno. Dengan suara sedih, Hasto melanjutkan khotbahnya.

“…agar Indonesia Hebat yang sesungguhnya bisa diakui…” ucapnya.

Hasto menambahkan, teori yang ditemukannya dalam buku-bukunya juga dibenarkan oleh pihaknya yang terluka saat menghadapi kekuasaan. Alumni Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menulis esai pemikir dunia Dokter Sukidi.

Dalam artikel lainnya, Sukidi mengutip pakar politik Steven Levitsky. Seorang profesor pemerintahan di Universitas Harvard mengatakan penyalahgunaan kekuasaan atau penyalahgunaan kekuasaan di kalangan elit terjadi melalui cara-cara yang sistematis, sistematis, dan berskala besar.

“Mereka yang membunuh demokrasi bisa saja melakukan hal itu,” kata Hasto.

Di lapangan terbuka promosi doktor, Hasto dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude. Pria kelahiran 7 Juli 1966 ini memiliki angka 3,93.

 “Panitia penguji memutuskan untuk memilih Bapak Hasto Kristiyanto untuk meraih gelar PhD pada program studi School of Strategic and Global Studies,” ujar Athor Subroto Ph.D. sebagai presiden bagian ini (Medan Pers)

BACA JUGA… Hari ini Hasto pertahankan tulisannya di UI, semoga Bu Mega inspirasinya ada disana

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *