Medan Pers, Jakarta – Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara Sultan Hussein Alting Sajah-Asrul Rasid Ichsan (HAS) berkampanye pada Selasa (5/11/2020) di Kabupaten Kepulauan Sultay, tepatnya di Desa Fogi, Kecamatan Sanana. .
Massa bergejolak saat calon gubernur nomor urut 1 itu berkampanye.
Baca juga: Tokoh Maluku Utara dan Masyarakat Setempat Puji Aktivitas Pendakian Sehat Bersama Sultan Tidore
Presidium Kanga Muda Muzaril Musa menjelaskan, ada lima alasan Sultan Husein merupakan pilihan tepat menjadi gubernur Maluku Utara.
Menurut Muzril, alasan pertama mengapa Maluku Utara tidak maju adalah karena selama ini kita salah memilih pemimpin.
Baca Juga: Banyak Keluhkan Miras, Sultan Minta Bupati dan Wali Kota Turun Tangan
“Sampai saat ini kita memilih pemimpin yang mengutamakan keluarga, kelompoknya, tapi tidak mengutamakan kepentingan rakyat,” kata Muzaril Musa, Selasa (5/11/2024).
Alasan lainnya, kata Muhrim, adalah untuk meningkatkan pamor kawasan yang dikenal dengan nama Jajiratul Mulk tersebut.
Baca juga: Bea Cukai Jajaki Potensi Eksportir Baru di Pulau Bangka Belitung dan Maluku
Menurut Muhrim, di negeri ini ada tuan tanah, coba saja serahkan pada tuan tanah untuk memimpin negara ini.
Saya mengajak kita semua untuk menjunjung tinggi kehormatan dan martabat negara ini agar terhindar dari bencana, imbuh Abdurrahim.
Alasan ketiga adalah Husain Sajah, sebagai Sultan, dilatih untuk memerintah keluarganya sejak kecil. Oleh karena itu, tidak salah jika Sultan diangkat menjadi gubernur karena kemampuan kepemimpinannya, ujarnya.
“Kemudian mempunyai integritas dan ilmu agama yang tinggi. Dan yang terakhir adalah mempunyai toleransi yang tinggi. Sultan mempunyai toleransi yang tinggi, karena itu hal yang lumrah di Kesultanan,” ujarnya.
Sementara itu, calon gubernur Malut, Sultan Hussain Alting Sajah dalam sambutannya mengatakan, tak henti-hentinya mengingatkan wakilnya, Asrul Rasid Ichsan, untuk memimpin dengan sopan santun. Termasuk menjadikan diri sebagai pelayan, karena manusia adalah tuan.
Oleh karena itu, jika seorang pemimpin menjadikan dirinya master, dia tidak pantas menjadi pemimpin! kata sultan.
Selain itu, istri dan anak Asrul dilarang ikut campur dalam pemerintahan atau bermain proyek di Pemprov Maluku Utara.
Sultan mengingatkan masyarakat Sula akan peran besar mereka di Kesultanan. Kesultanan Tidor dan Ternate membutuhkan orang-orang hebat dari Sula untuk mengusir penjajah.
“Saya bilang dari awal ke istri, jadi pemimpin itu menyakitkan. Jadi jangan bayangkan hidup bahagia jadi istri gubernur. Istri dan anak ikut campur urusan pemerintahan membuat suami dan ayah tidak bahagia,” ujarnya.
“Dan hari ini saya membutuhkan tangan masyarakat Sula untuk menyelamatkan Maluku Utara,” Sultan Hussain (Jumat/Medan Pers) Jangan lewatkan video redaksi ini: