Mercy Barends Buka-bukaan soal Kondisi Pendidikan di Daerah 3T

author
1 minute, 54 seconds Read

Medan Pers, Jakarta – Anggota Parlemen X, Mercy Barends telah memberikan banyak catatan penting terkait dengan pendidikan dan margin 3T.

Ini diungkapkan oleh Rahmat dalam pertemuan Komite Panja (PANJA) dengan perintis yang dirampas, perintis, pendidikan tinggi, pendidikan regional (3T) dan wilayah marginal, bersama dengan kepala data dan teknologi informasi (Pusdatim) dari Kementerian Intermediate Agency (Kementerian Pendidikan dan Pusat) dan Pusat Kementerian Angkatan Bersenjata. Pusat Statistik (BPS RI) di Kamar Komite X (12/3).

Baca Juga: Jangan Tanya Mercy PHP di Wilayah 3T dengan menyoroti kebijakan pendidikan

Menurut Mercy, wilayah 3T, sebagai suatu peraturan, memiliki kemiskinan yang tinggi, belum dikembangkan dengan baik dan memiliki anggaran regional yang rendah (APBD), sedangkan beban pembangunan, termasuk sektor pendidikan, sangat besar.

Oleh karena itu, koordinasi pemahaman antara pengembang kebijakan tentang karakteristik 3T dan area marginal

Baca Juga: Hari Champions, ASDP mewakili layanan utama dari wilayah 3T

Selain itu, pemerintah juga diminta untuk melihat pentingnya memasukkan area bergantian laut dalam perhitungan dana pusat untuk transportasi ke daerah.

Karena sangat penting untuk memberikan kualitas, keadilan, dan pendidikan yang adil di pulau -pulau.

Perwakilan orang -orang dari Departemen Pemilihan (DAPIL) di Maluk juga mengkritik sistem Dana Transportasi Pusat, yang masih didasarkan pada seperangkat lahan, yang hanya memperhitungkan area tanah dan populasi.

Bahkan, sebagian besar area 3T adalah kepulauan dengan area angkatan laut lebih dari 90 persen.

“Setiap kali, bahkan di sekitar Indonesia tidak mengering, ketidaksetaraan dalam pembangunan akan terus terjadi jika kita tidak memasukkan karakteristik laut sebagai variabel dalam manajemen layanan publik. Formula kotoran yang diterapkan pada pulau -pulau itu sangat tidak adil,” katanya.

Kohl, Mercy Barends, yang juga merupakan kebijakan PDI, membuat banyak rekomendasi, termasuk membangun kembali biaya anggaran wajib untuk pendidikan untuk 20 persen dari anggaran negara, sekitar 700 triliun rp.

Dari jumlah ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah hanya berjalan 32 triliun. Oleh karena itu, redistribusi prioritas harus diimplementasikan dengan menetapkan program pendidikan wajib utama untuk program 13 tahun.

Kemudian, saat memasuki tanah laut sebagai variabel dalam distribusi anggaran, sehingga wilayah Al -Jazeera menerima keadilan dalam mentransfer dana pusat. Ini akan membuka ruang keuangan yang lebih besar untuk pembangunan, termasuk sektor pendidikan.

Dia mengatakan, “Meningkatkan transparansi dan efisiensi pengawasan, baik dalam manajemen data atau dalam anggaran, untuk memastikan bahwa kebijakan yang dapat diterima benar -benar mempengaruhi lapangan,” katanya.

Namun, Mercy mengevaluasi hasil pertemuan regional 3T dan Panji, karena semua rekomendasi ini berhasil di akhir pertemuan. (Mcr10/Medan Pers)

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *