Medan Pers, MUARO JAMBI – Pasar terapung di Kawasan Peninggalan Candi Nasional (KCBN) Muaro Jambi kini menjadi destinasi populer wisatawan. Keberadaan pasar ini bersifat musiman.
Seiring dengan derasnya hujan, banyak bagian Candi Astano Muarojambi yang terendam air setinggi pinggang orang dewasa.
Baca Juga: Kemendikbud dukung pelestarian tradisi melalui KCBN Muaro Jambi melalui Kenduri Swarnabhoomi
Butuh perjuangan untuk sampai ke pasar terapung ini. Pengunjung harus menyeberang jalan yang dibatasi untuk sepeda listrik dan sepeda motor.
Sekalipun Anda menggunakan sepeda motor, pastikan terlebih dahulu kendaraan Anda cukup kuat untuk melewati berbagai area jalan yang rusak dan terendam banjir.
Baca Juga: Pasar Terapung
Pengunjung disarankan untuk tidak memakai sepatu;
Jarak menuju pasar terapung ini sangat jauh, sekitar 7 km. Oleh karena itu, bagi yang tidak bisa berjalan kaki, disarankan untuk naik ojek atau menyewa sepeda listrik.
Baca Juga: Kemendikbud Ristek akan perkuat gerakan konversi PAUD Menyenangkan menjadi sekolah dasar.
Tarif ojek bervariasi tergantung daya tawar pengunjung.
Belanjakan Rp 10.000 untuk orang yang pandai bernegosiasi. Mereka yang tidak pandai meretas bisa membayar harga yang lebih tinggi yaitu Rp 20.000 hingga Rp 25.000 sekali jalan.
Bahkan, berjalan kaki menjadi lebih menyenangkan karena merasakan indahnya hutan. Banyak pohon doku di kiri-kanan jalan yang kini banyak berbuah.
Warga sekitar KCBN Muaro Jambi telah menanam ribuan pohon doku, kata Agus Widiatmoko, Kepala Dinas Cagar Budaya Wilayah V.
Dengan banyaknya pohon doku yang ditanam, hasil panen buah doku menyumbang 500 juta birr ke kas negara.
Namun hati-hati jangan sampai asal memetik buah duku yang menggiurkan. Menurut Agus, pengusaha besar mendapat banyak tempat.
Maka pengusaha besar ini membeli buah duku. Mereka merawat pohon duku sejak mulai berbuah hingga dipanen.
Kehadiran pohon Duku inilah yang menjadi daya tarik terbesar KCBN Muaro Jambi.
Puas melihat pohon duku yang berbuah, pengunjung merasakan pasar terapung yang dikelilingi Candi Tingisa, Candi Astano, dan Dusun Coffee Corner.
Menariknya, pasar terapung ini didominasi oleh perempuan. Mereka berada di kapal milik mereka.
Jangan heran jika Anda melihat perempuan di atas perahu mengenakan jilbab tradisional sementara yang lain hanya berhijab.
Pedagang pasar terapung Jamila mengatakan kepada KCBN bahwa Muaro Jambi sudah dijual jauh sebelum diluncurkan pada tahun 2022.
Namun, ketika KCBN Muaro Jambi diaktifkan, saya bersyukur penghasilan saya meningkat pesat. Ia bisa mendapat penghasilan Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per hari.
Di akhir pekan dan hari libur, perempuan berusia 52 tahun ini mendapat penghasilan Rp 500.000 per hari.
Jamila berjalan-jalan bersama putrinya Risma setiap hari. Risma baru saja lulus dari Politeknik Kesehatan. Toko Ibu dan Anak ini menjual Beras Ketan Jando, Susu Putri, dan Beras Ketan Durian.
Ketan Jando merupakan masakan khas Jambi, dibuat dengan menambahkan air dan sedikit garam pada ketan. Kemudian disajikan dengan balado kelapa dan ikan teri kacang.
Susumai dibuat dengan cara memfermentasi beras ketan, diisi dengan kelapa yang dicampur gula merah dan digulung menjadi segitiga. Beras ketan durian dibuat dengan menambahkan durian ke dalam beras ketan.
Risma mengatakan KCBN Muarajambi telah memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat setempat sejak dihidupkan kembali oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (dari Mendicbudristek).
“Jika terjadi banjir akibat meluapnya Sungai Batangali, ini menjadi berkah bagi kami karena pasar terapung akan semakin ramai,” ujarnya.
Selain ketiga hidangan andalan tersebut, ada pula Biskuit Buram Bumbu Sata Padang. Labu ini rasanya enak jika disantap dengan lontong.
Meski banyak wisatawan yang datang, namun warga sekitar tak mau mengambil untung sebanyak-banyaknya. Produk mereka rata-rata dijual seharga Rp 5.000.
Anda harus menyewa perahu selama 45 menit seharga 20.000 birr untuk berbelanja di pasar terapung.
Bagi yang ingin menyewa perahu dengan pendayungnya cukup merogoh kocek sebesar Rp 25.000 saja.
Rocky, pemilik perahu di pasar terapung, mengatakan para pedagang tersebut rata-rata berpendidikan tinggi.
“Kebanyakan mahasiswa sarjana menjual ini,” kata Rockey.
Rocky pun menikmati masa kuliahnya. Namun dihentikan karena masalah keuangan.
Rocky berambisi melanjutkan pendidikan tinggi tanpa melepaskan pekerjaannya sebagai penyewa kapal pesiar.
Skor menggembirakan dari KCBN Muara Jambi pun terdengar. Perahu selalu sibuk untuk disewa. Baik pedagang maupun penyewa kapal berkomunikasi dengan baik.
Mereka juga menjaga kebersihan lingkungan dan melindungi kemasan plastik dan kayu. (esy/Medan Pers)