Medan Pers – Anggota Satuan Brimob Polda Sultra (Sultra) Iptu (Anumerta) Imam Agus Husein tewas usai mengawal aksi 11 April. Karakternya dikenal kuat dan sempurna, namun juga murah senyum dan kalem. . .
Laporan La Ode Muh Deden, Kendari
BACA JUGA: Bos Brimob Meninggal Saat Aksi di Kendari, Kenapa?
SENIN (11/4) lalu mahasiswa menggelar aksi demonstrasi serentak di berbagai kota melalui Aksi 11 April.
Itu adalah hari terakhir bagi Imam.
BACA JUGA: Kabar Duka: Seorang Polisi Tewas Saat Bela Protes Mahasiswa
Saat itu, polisi asal Sumut ditugaskan mengamankan DPRD Sultra di Kota Kendari.
Cuaca tetap bagus, pertunjukan berakhir sekitar pukul 15.00 WITA.
BACA JUGA: Anis Matta Sebut Aksi Mahasiswa 11 April Mengerikan
“Beliau (Imam, Red.) mengabarkan, demonstrasi berakhir sekitar pukul 15.30,” kata Kabid Humas Polda Sultra Kompol Ferry Walintukan.
Saat itu, Imam sedang mengendarai kendaraan taktis Barakuda.
Usai demonstrasi, sebuah mobil lapis baja ditarik ke istana.
Sayangnya, terjadi kejadian yang menyebabkan pintu Barakuda membentur tubuh Ipda Imam.
Pukul 16.00 dia melaporkan sesak napas, kata Kompol Ferry.
Imam dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
Namun, petugas pertama meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
Pukul 17.30 WIB dinyatakan meninggal dunia, kata Kombes Ferry.
Kepergian Imam menyisakan kesedihan yang mendalam bagi pergaulannya.
Ia memegang jabatan tertinggi di Brimob.
Imam merupakan Kepala Satuan Subdetasemen Perlawanan Teror Gegana, Brimob Polda Sultra.
Tim ini mempunyai peran penting yaitu mencegah ancaman gangguan tingkat tinggi.
“Beliau (Imam) perwira yang terampil,” kata Wakil Kepala Detasemen Gegana (Wadanden) Sat Brimob Polda Sultra AKP Gusti Komang Sulastra kepada Medan Pers.
AKP Komang menghabiskan waktu bersama jenazah Imam di kampung halamannya di Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Kepolisian Bali sepertinya tidak bisa mempercayai kebenaran yang ditinggalkan oleh pihak yang mempercayainya.
“Ini seperti mimpi, saya harus kehilangan citra Imam kuat yang menjalankan tugasnya dengan baik,” ujarnya.
AKP Komang paham betul dengan keseharian Imam. Hampir seluruh isi hati kedua pasangan ini.
Menurut Komang, anggotanya aktif dan bahagia.
“Hanya penuh gairah,” katanya.
Oleh karena itu, Komang tak bisa melupakan berbagai kenangan tentang mendiang.
Para Imam, kata dia, tidak pernah menaati perintah tersebut.
Imam selalu menjawab ‘Anda siap, pemimpin!’ setelah menerima pekerjaan.
“Kata ini terus terngiang-ngiang di telinga saya dan saya selalu melihat senyum paksa dari almarhum ketika saya memberi jalan,” kata Komang.
Selain itu, Imam juga tidak menunjukkan ekspresi apa pun ketika sedang merasakan perasaan.
Dalam kemarahannya, anak keempat dari lima orang itu dengan cepat tersenyum.
“Tampaknya raut wajahnya menenangkan hatiku, seolah-olah dia menyuruhku untuk tidak marah,” kata Komang.
Mantan Kapolsek Baruga, Kendari, terakhir kali berbicara dengan Imam sebelum aksi unjuk rasa dibatalkan pada 11 April.
Sebelum saya pindah, saya bilang ke almarhum, sudah waktunya beres, kendalikan yang ada di lapangan, itu kata-kata saya ke beliau,” kata Komang.
Komang merasa kaget sekaligus kehilangan saat membawa jenazah Imam ke Mandailing Natal.
Komang tak kuasa menahan air matanya.
“Saya tidak bisa menahan air mata saya, jatuh ketika saya mendengar tangisan keluarga saya,” ujarnya. (mcr6/Medan Pers) Ayo tonton video ini!