Medan Pers, SAINT PETERSBURG – Presiden kelima RI Megawati Sukarnoputri mengajak mahasiswa seluruh dunia bersatu menjamin kemajuan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), untuk mendukung kebebasan dan kemandirian, bukan melanggengkan kolonialisme.
“Kami merasakan penderitaan umat manusia akibat kolonialisme. Kolonisasi di segala aspek, termasuk kolonialisme baru melalui penyalahgunaan data dan teknologi, harus diatasi melalui regulasi global, kata Megawati.
BACA JUGA: Mega Lady Lucu, Gubernur St. Petersburg Puji Jasa Bung Karno kepada Muslim Rusia
Menurut Ketua Pengurus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), perguruan tinggi bisa menjadi benteng kokoh kemanusiaan.
Karena di perguruan tinggilah semua pencarian kebenaran dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip akademis. Kebenaran dalam arti dasarnya tidak dapat dipisahkan dari akal dan hati nurani manusia.
BACA JUGA: Gubernur St. Petersburg Puji Kepemimpinan Soekarno dan Megawati
“Kami percaya bahwa setiap umat manusia selalu mendambakan kehidupan yang bebas, lebih adil, dan sejahtera yang di dalamnya setiap martabat manusia dihargai. “Sejalan dengan nilai-nilai tersebut, kemajuan teknologi diterapkan, termasuk AI,” tegas Mega.
Suara Megawati yang tercekat haru menceritakan bagaimana perjuangan banyak negara di dunia, terutama negara-negara di Asia, Afrika, dan Latin, untuk meraih kemerdekaan terus berlangsung.
BACA JUGA: Upaya Megawati Lobi Kampus Tertua di Rusia untuk Bantu Riset Nuklir Indonesia
Megawati menceritakan bagaimana Proklamator RI Sukarno pernah berpidato berjudul “Membangun Dunia Baru” yang intinya masih relevan hingga saat ini. Bahwa tatanan dunia yang baru dan adil harus terus diperjuangkan. Kemajuan peradaban harus dijaga agar tidak dimanfaatkan untuk meninggalkan umat manusia.
Pidato tersebut didasarkan pada falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila yang diteliti oleh Bung Karno. Megawati mengatakan Pancasila terdiri dari lima sila yaitu ketuhanan, kemanusiaan yang adil dan beradab, bangsa, demokrasi, dan keadilan sosial; sebenarnya, dunia bisa menggunakannya.
“Pancasila secara empiris menyimpang dari realitas penjajahan kita akibat imperialisme dan kolonialisme selama hampir 350 tahun,” kata Megawati.
Hal ini mengantarkan Megavati dalam pidatonya di hadapan para rektor universitas se-Rusia, di Universitas St. Petersburg. Universitas Petersburg (SPBU), Rabu (18/9).
Para rektor menghadiri forum keanggotaan yang diselenggarakan SPBU dalam rangka peringatan 300 tahun berdirinya salah satu universitas terbaik di Rusia tersebut. Megawati diundang sebagai keynote speaker pada acara tersebut. Pidatonya bertajuk “Kecerdasan Buatan, Kemanusiaan dan Konflik Peradaban”.
Dalam rombongannya di Rusia, Megawati didampingi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga dan Profesor Kony Rahakundini Bakri dari Fakultas Hubungan Internasional St. Petersburg University.
Turut mendampingi Megawati adalah Ketua DPP Luar Negeri PDIP Ahmad Basarach, Ketua DPP Kelautan dan Perikanan PDIP Rohmin Dahuri Ismail, Anggota Pengurus Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Kesovo dan Wakilnya. Kepala BRIN Amarula Octavian dan Wakil Kepala BPIP Rima Agristina. Megawati juga tampak didampingi Herman Heri, Anggota DPR RI, dan Samuel Watimena, Anggota DPR RI terpilih. (tan/Medan Pers)
BACA ARTIKEL LAINNYA… Saat Kuliah Umum di Rusia, Bu Mega Paparkan Gagasan Pancasila & Bung Karno ke Dunia