Kisah Keluarga Syuhada Berupaya Merelakan Laskar FPI Tewas di KM 50

author
4 minutes, 30 seconds Read

Medan Pers – Jakarta – Peristiwa berdarah di Tol Cikampek KM 50 menyisakan luka mendalam bagi Syuhada Al Akse, 52 tahun, dan keluarganya. Putranya Faiz Ahmad Sukur tewas dalam kejadian 7 Desember 2020.

Fransiskus A Pratama, Jakarta

BACA JUGA: Polisi dan DPR: Sulit Ungkap Fakta Pembunuhan Laskar FPI 50 KM

SOFIA terlihat tua sekarang. Kurang dari tiga tahun lagi, perempuan warga Jalan Muara 2, 3, Tanjung Barat, Jakarta Selatan ini akan berusia 90 tahun.

Namun pendengaran Sophia masih bagus. Ia langsung bereaksi saat putranya menceritakan kondisi tubuh Faiz yang tak bernyawa.

BACA JUGA: Anehnya, keputusan hakim membebaskan terdakwa penembakan anggota FPI

“Jangan bicara seperti itu,” kata Sophia kepada putranya, Syuhada, dari kamarnya, Minggu (27/3) lalu.

Lalu dia di rumah mendengarkan Sofia Syuhada dari Medan Pers. Menurut Suhada, ibunya masih belum menerima kepergian Faiz.

BACA JUGA: Ucapan GP Ansor soal bebasnya polisi yang dituduh menembak Laskar FPI

– Faiz adalah cucu kesayanganmu, – kata Syukhada.

Mata Suhada berkaca-kaca. Sesekali, ketika dia menanyakan putranya yang berjanggut, dia mendongak, tapi sekarang tidak.

Faiz Habib, kelahiran 1998, merupakan satu dari enam anggota Front Pembela Islam (FPI) yang tewas saat mengawal Riziek Shihab. Lima Laskar lainnya yang meninggal dunia adalah Andi Otiawan (33), Ahmad Sofiana alias Ambon (26), Muhammad Suchi Hadawi (21), Lutfi Hakim (24) dan Muhammad Reza (20).

Peristiwa di KM 50 bermula saat Habib Riziek dan keluarga berusaha mencari tempat yang lebih tenang. Pada malam 6 Desember 2020, Imam Besar FPI Natur Mutiara meninggalkan kediamannya di Kabupaten Bogor, Sentul.

Riziek dan keluarga berangkat menuju Karavan dengan diantar kendaraan yang dikemudikan laskar FPI. Konvoi terdiri dari delapan kendaraan.

Empat mobil mengangkut Riziek dan keluarganya. Sisanya dipimpin oleh para pengawalnya, termasuk Faiz.

Menurut Suhada, informasi kejadian di KM 50 itu didapatnya melalui pesan WhatsApp. Mantan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPW) FPI Jakarta Selatan itu mengetahui anaknya mendampingi Riziek.

Namun saat itu, Sukhada merasa khawatir dan hanya bisa menebak-nebak karena tidak mendapat informasi spesifik tentang Faiz. “Anak saya mungkin (salah satu dari enam anggota tim FPI yang meninggal, Red),” ujarnya.

Akhirnya Sukhada mulai mempercayai putranya hari demi hari. Di dalamnya, ia mendapat informasi dari FPI bahwa enam pengawal Riziek diculik orang tak dikenal.

Polda Metro Jaya menggelar jumpa pers pada Senin sore, 7 Desember 2020. Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Irmran saat itu menyebut anak buahnya yang sedang menjalankan tugas penyidikan memang diserang pengawal Rizieq.

Menurut Fadil, 10 pengawal Riziek menyerang polisi dengan senjata api dan senjata tajam. Polisi mengambil tindakan lebih tegas hingga mengakibatkan enam anggota FPI tewas.

Sukhada yang mengetahui informasi versi polisi, memotret persis Faiz. Namun, ia bingung karena tidak mengetahui di mana jenazah putranya berada.

Menurut Suhada, dirinya mendatangi langsung markas DPP FPI di Petamburan (Jakarta Pusat) untuk menggali informasi keberadaan enam jenazah laskar FPI tersebut. “Ada sakit kepala di mana ada mayat,” katanya.

Akhirnya Syuhada dan beberapa anggota FPI lainnya berangkat menuju kafilah.

“Saya mencari di klinik, rumah sakit, tempat parkir, dan saya tidak menemukan apa pun.

Jelang magrib, Suhada mendapat informasi jenazah enam laskar FPI berada di Rumah Sakit Raden Said Soekanto (RS Polri) di Kramat Jati, Jakarta Timur.

“Malam itu, saya, paman saya Faiz, dan saudara laki-laki saya pergi ke RS Polri.

Namun Sukhada tidak langsung melihat jenazah Faiz dari rumah sakit. Sebab, pengamanan di RS Polri sangat ketat.

Menurut Syuhada, dia dan dua komplotannya dihadang polisi bersenjata laras panjang. Mereka langsung bertanya mengapa dia datang.

– Kemana Anda akan pergi, Pak, dan apa tujuan Anda? – kata Syukhada menirukan pertanyaan polisi.

Setelah itu, Syuhada mengaku ingin melihat anaknya yang ditembak polisi. Namun jawaban tersebut tak serta merta memberi peluang bagi polisi.

“Mereka berkata, ‘Tidak, Tuan.’ Balik,- kata Syukhada mengulangi pesan polisi yang ditemuinya.

Sukhada pun memutuskan untuk pergi. “Aku khawatir begitu,” katanya.

Namun respon polisi membuat Syuhada semakin curiga. Sebagai seorang ayah, Anda harus mengizinkan dia melihat putranya yang telah meninggal.

– Bagaimanapun, begitulah cara mereka berperilaku. Anakku, apa ini?’ kata Syukhada.

FPI juga menggunakan cara lain untuk mengambil jenazah keenam prajuritnya. Pengurus meminta bantuan Fadli Zon, Anggota DPR dari Partai Gerindra, Selasa 8 Desember 2020. Akhirnya jenazah bisa dibawa kembali, kata Syuhada.

Keenam jenazah tersebut kemudian dibawa dengan ambulans ke markas FPI di Pethamburan. Menurut Syuhada, semua tulangnya tidak lengkap.

Hal itu diketahui saat memandikan jenazah enam orang. Menurut Syuhada, enam jenazah tersebut mendapat jahitan di bagian dada.

Leher, punggung, mata, bahkan alat kelamin enam mayat lainnya tampak tidak wajar. Di Syukha, polisi menduga jenazah enam anggota FPI diautopsi tanpa izin keluarga.

Syukhada : “Paku seseorang lepas.

Ia juga mengatakan, jenazah tersebut mengalami luka tembak di bagian dada. “Empat, dua,” kata Syukhada.

Faiz dimakamkan bersama jenazah Andi Otiawan, Ahmad Sofiana, Muhammad Suchi Hadawi dan Muhammad Reza di Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Jenazah lainnya yakni Lutfi Hakim dimakamkan di Duri Kosambi, Jakarta Barat.

Menurut Syuhada, keluarga besarnya masih berusaha melepas Faiz. Bekas kamar tidur Faiz berukuran 3×4 meter rusak.

Selain itu, ruangan tersebut digunakan sebagai tempat penyimpanan barang-barang bekas keluarga. Rangka tempat tidur yang pernah digunakan Faiz juga ditempatkan di ruangan ini.

Kamar ini memiliki lemari pakaian dengan pakaian dan buku. Selain aktif di FPI, Faiz juga terdaftar sebagai mahasiswa IT di Universitas Indraprastha (Unindra).

Syuhada mengungkapkan, berbagai hal dilakukan keluarganya untuk menyikapi kehilangan dan menerima kepergian Faiz. Gambarnya sudah tidak terlihat lagi.

“Mereka sengaja meninggalkannya,” kata Syuhada.

Aziz Januar, mantan Sekretaris Bantuan Hukum DPP FPI, mengatakan seluruh keluarga keenam Lashkar siap menerima nasib tersebut.

Aziz berkata: “Insya Allah, mereka akan mati syahid dan membantu keluarga mereka.”

Pembela HAM ini menegaskan, meninggalnya pengawal Riziek tidak membuat pendukung Riziek patah semangat atau patah semangat. “Dia menjadi lebih percaya diri dalam melawan tirani. (cr3/Medan Pers)

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *