Medan Pers, JAKARTA – Siapa yang tak kenal Arman Depari, sosok nyentrik yang berprofesi sebagai agen Badan Narkotika Nasional (BNN).
Pria berambut gondrong yang menyandang jabatan Irjen Polisi ini merupakan tokoh kunci dalam pemberantasan narkoba.
Baca Juga: Irjen Polisi Arman Depari alias Alex Yang akan segera ditangkap
Namun siapa sangka mantan Kapolda Kepulauan Riau itu berkali-kali nyaris kehilangan nyawanya saat menjalankan tugas.
Awal tahun ini, Armaan berhasil mencegat kiriman 21 paket berisi 436,30 kg sabu ke Kepulauan Seribu.
Baca Juga: Dokter Hewan Tewas Secara Tragis, 15 Orang Tewas Ditusuk
Saat Arman hendak melakukan operasi senyap, ia terlebih dahulu mengecek informasi cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyebutkan akan terjadi badai petir pada malam hari.
Pria kelahiran Brastagi, Sumatera Utara, 1 Agustus 1962, hanya bisa pasrah dan berdoa.
Baca Juga: Hati-hati, jangan sampai warga Ciputat ini bernasib sama
Saya juga sempat ragu,” kata Arman kepada BNN Medan Pers di Jakarta Timur, Kamis (25/3).
Menurut Arman, timnya sempat ragu untuk melanjutkan misi dan memintanya pulang jika ombak di Kepulauan Seribu sedang tinggi.
“Ombaknya besar lalu kami jalan-jalan saat salat. Menurut BMKG, cuaca badai tenang sekali.”
Namun ujian lain datang lagi bagi Arman Depari dan anak buahnya dalam mengejar tujuan mereka. Bakamla yang berlayar di lepas pantai Mutiara, utara Jakarta, gagal mencapai sasaran.
Arman dan krunya harus menaiki kapal lain. Armaan terjatuh ke laut akibat karamnya kapal Bakamla.
“Ada luka di kaki kanan,” imbuhnya.
Laut dalam mengguncang Armaan. Dia mengatakan, rasanya hidupnya dipertaruhkan.
Namun Armaan mengatakan bahwa kuasa Tuhan kembali menyelamatkannya.
Pada tahun 2014, Arman nyaris kehilangan nyawanya saat memerangi peredaran narkoba di Ujung Genteng, Sukabumi, Jawa Barat. Saat itu, BNN menyita 60 kg sabu.
Dalam perkembangan kasusnya, Armaan harus menangkap target di Lautan Pola. Sekali lagi, saat itu badai besar hampir membatalkan misi tersebut.
Arman mengatakan, baru kali ini dia melihat badai dahsyat seperti itu. Menurut dia, daun pohon kelapa yang tinggi itu tumbang ke tanah karena angin kencang.
Ayah tiga anak ini berkata: “Saya telah melihat badai seperti itu.
Namun Armaan tidak bisa membatalkan operasi tersebut. Ia kemudian berkomunikasi dengan bawahannya melalui Handy talky (HT).
Anak buah Arman menginformasikan bahwa air laut sudah naik dan jarak pandang hanya tiga meter. Namun, operasi harus tetap dilanjutkan.
Anak buah Arman kemudian berkata: “Cukup pak.”
Masalah meletus ketika salah satu anak buah Armaan jatuh ke laut. Lulusan akademi kepolisian tahun 1985 itu harus mencari anak buahnya sebelum melanjutkan misi.
Arman pun mengaku menyaksikan keajaiban saat awak kapalnya tiba-tiba muncul ke permukaan setelah terjatuh ke laut.
“Anggota tubuh saya turun dan naik kembali,” jelasnya.
Arman mengatakan semua itu berbahaya bagi pekerjaannya. Apa pun yang dia hadapi, dia selalu mencari perlindungan Tuhan.
Awal kehidupan Armaan di Polri juga diwarnai dengan pengalaman pahit. Tak lama setelah lulus akademi kepolisian, Arman menjadi juru parkir dan debt collector untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
“Iya jujur gajinya habis tanggal 20.
Arman menceritakan, dirinya bekerja sebagai juru parkir selama kurang lebih satu tahun. Saat itu pangkatnya masih tinggi.
“Itu sudah lama sekali, karena kondisi ekonomi saat itu sangat sulit,” kata Arman.
Seiring berjalannya waktu, kegigihan Armaan membuahkan hasil. Usaha dan semangat mengantarkan Armaan pada posisinya saat ini.
“Pada dasarnya begitulah,” kata pria berekor (mcr8/Medan Pers).
Jangan lewatkan video pilihan editor ini: