Kisah Febri Fatma, Anak Petani yang Sebentar Lagi jadi Dokter, Luar Biasa

author
4 minutes, 38 seconds Read

Medan Pers – Universitas Jawa Timur (UNEJ) menggelar wisuda online bagi 1.046 wisudawan kampus perguruan tinggi tersebut pada Sabtu (20/2).

Beasiswa ini untuk semester II tahun ajaran 2020/2021

Baca Juga: Pelamar Paling Banyak Memilih Program Studi Kedokteran Karena Cara Menghafal Al-Quran

Di antara yang berbahagia adalah Febri Fatma Lail Latul Lailly, S.K.D., yang akhirnya lulus dengan gelar Doktor dari Fakultas Kedokteran berkat kerja keras dan doa serta dukungan beasiswa BDCM.

Selangkah lebih maju, mahasiswa yang biasa disapa Eli ini akan mewujudkan cita-citanya menjadi seorang dokter Kini tinggal menempuh pendidikan vokasi yang diharapkan semulus saat kuliah

Baca Juga: Ini Rencana Kemendikbud untuk Pendidikan Kedokteran di Era Masehi Baru

Eli merupakan putri kedua dari pasangan Suyono yang berprofesi sebagai petani dan ibunya Surip yang merupakan seorang ibu rumah tangga di Desa Kesuli, Kecamatan Wemberhan.

Untuk menyambung hidup sehari-hari, ayahnya harus menyewa lahan seluas sekitar 180 meter persegi untuk menanam padi pada musim hujan dan jagung pada musim kemarau. Terkadang mereka juga mencoba peruntungan dengan menanam tembakau

Baca Juga: Ingat Yug Ustaz Maher yang Nekat Hadapi Istrinya Jamal: Kami Sakit Sekali

Namun karena tidak mampu membayar sewa tanah, Suyono harus menjadi buruh tani untuk menunjang kebutuhan keluarganya yang tinggal di desa.

Prestasi gemilangnya selama bersekolah di SMAN Ambulu Jember mengantarkan Ellie mendapatkan beasiswa BDKMC pada tahun 2016 saat ia masuk Universitas Jember melalui Proses Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) karena ia konsisten menduduki peringkat pertama di sekolahnya.

Selama menempuh SBMPTN, Eli memutuskan memilih Universitas Jember sebagai pilihannya, menekuni Fakultas Kedokteran sebagai pilihan pertamanya, dan Fakultas Kedokteran Gigi sebagai pilihan berikutnya. Kedua pilihan fakultas tersebut didukung penuh oleh orang tuanya

Dikatakannya, sejak kecil saya bercita-cita bekerja di bidang kesehatan, khususnya kedokteran, karena menurut saya bidang kesehatan adalah profesi yang baik karena tugasnya membantu masyarakat.

Awalnya Eli ragu dengan persoalan biaya saat memilih Fakultas Kedokteran di Unez.

Namun, saat ia mengutarakan keinginannya untuk terjun di bidang kedokteran, orang tuanya sangat mendukung

Ayahnya lah yang mencari informasi biaya kuliah kepada petugas kesehatan, teman, bahkan orang tua Ellie karena paham bahwa kemampuan keluarganya terbatas sehingga ia harus benar-benar berhitung.

Namun, dengan bantuan orang tuanya dan beasiswa dari BDCM, ia yakin bisa mengenyam pendidikan universitas, sehingga perintah itu dipatuhi dengan ketat.

Rajin membaca catatan perkuliahan dan buku-buku rekomendasi dosen merupakan kewajiban sehari-hari, selain berdiskusi dengan teman-teman kuliah.

Anak petani itu dibiasakan membaca sendiri di waktu subuh sebelum sholat subuh agar lebih fokus, berusaha belajar dengan sungguh-sungguh sehingga bisa mewujudkan harapannya menjadi seorang dokter, apalagi di desanya belum ada seorang pun yang menjadi dokter. .

Kesibukannya kuliah bukan berarti Eli tidak ada untuk membantu orang tuanya saat mendapat kesempatan pulang kampung ke Desa Kesili.

Bahkan, ia terjun langsung membantu orang tuanya di sawah yang ia sewakan kepada ayahnya

Saat musim panen tiba, Eli tak segan-segan memanen padi atau jagung Saat menanam tembakau, pagi harinya ia juga memetik daun tembakau dan sore harinya ia mulai mengeringkan tembakau atau menyiapkannya untuk suzan.

Selain itu, jika belum panen, Eli juga membantu ayahnya dengan membersihkan ladang dari rumput dan gulma agar tanaman tidak mudah terserang serangga atau penyakit.

Kesuksesan Eli selama kuliah pun tak mengecewakan dengan sejumlah prestasi yang diraihnya, antara lain juara 1 tinjauan pustaka kedokteran yang digelar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

Pada tahun 2018, Eli berhasil meraih Juara III pada karya poster ilmiah bidang kedokteran yang diadakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Deponegoro.

Pertahankan sikap positif

Putra Suyono dan Surip juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan yang gemar melakukan penelitian di universitas

Yang paling menonjol, beliau berhasil menyelesaikan studinya di bidang Kedokteran dalam waktu 4 tahun 1 bulan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang sangat memuaskan yaitu 3,71.

Ia berjasa fokus pada agromedis, yaitu penerapan ilmu kedokteran yang fokus pada kesehatan masyarakat di bidang pertanian, ladang, peternakan, perikanan, dan kehutanan.

Eli mengetahui betul bahwa komunitas petani mempunyai permasalahan kesehatan tersendiri dibandingkan dengan komunitas lainnya karena ia juga berasal dari keluarga petani, sehingga ia mengetahui permasalahan kesehatan yang dihadapi petani, kurangnya pemahaman para petani tentang penggunaan alat pelindung diri saat bekerja. Tanah

Ia berharap pendidikan yang didapatnya di universitas dapat memberikan manfaat bagi petani, setidaknya bagi warga Desa Kesili, kampung halamannya.

Sebagai anak seorang petani kasar, ia berpesan kepada rekan-rekan mudanya yang berasal dari keluarga miskin untuk tidak berusaha keras mewujudkan impian mereka.

Katanya, “Jika ada kemauan, pasti ada jalan, seperti yang dia lakukan saat belajar di Pabrik Obat Unage.”

“Saya hanya berpesan, dalam hal apapun jangan takut untuk mengejar impian, percaya pada diri sendiri, eksplorasi passion dan berprasangka baik kepada Allah, Insya Allah selalu ada jalan,” ujarnya.

Sementara itu, Rektor Unez Ivan Taruna mengucapkan selamat kepada para wisudawan dalam pidato wisuda yang merupakan perayaan pertama Unez di tahun 2021.

Ia berharap seluruh keluarga besar Unaj tetap optimis menatap masa depan dan berbagai tantangan akibat pandemi COVID-19, sehingga melahirkan lulusan Unaj yang tangguh, mudah beradaptasi, inovatif dan kreatif.

Program Studi Pendidikan Ekonomi, Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Marta Dwi Lestari SPD merupakan lulusan Lumajung dengan IPK 3,94 setelah menempuh pendidikan selama 3 tahun 10 bulan 29 hari.

Saat itu, Selie Alan Cinta A. .

Tingkat BDCM

Jumlah mahasiswa kurang mampu penerima dana Bidemikisi atau Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang kini disebut Unage terus berubah setiap tahunnya.

Namun, beberapa mahasiswa peraih beasiswa tersebut berhasil meraih kesuksesan bersama JIA yang bergengsi

Rokhmad Hidayanto, Kepala Subbagian Humas Universitas Jember, mengatakan Unez menyalurkan beasiswa BDKMCI kepada 1.700 mahasiswa kurang mampu pada tahun 2019, kemudian menambah jumlah penerima menjadi 1.876 pada tahun 2020.

Untuk tahun 2021, lanjutnya, alokasi penerima KIP di Unage belum keluar karena biasanya data baru keluar pada bulan April.

Diakuinya, banyak siswa penerima beasiswa, yang berhasil belajar di Kamloud Jia meski orang tuanya terkendala keuangan, sehingga banyak perusahaan atau institut berbakat yang melirik mereka.

Beasiswa BDCM atau sekarang KIP terbukti menjadi jembatan dan penyelamat bagi mahasiswa yang tidak mampu mewujudkan impian dan cita-citanya. (antara/Medan Pers)

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *