Medan Pers, Jakarta – Presiden Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) Fadli Zon dan rombongan bertemu dengan Presiden Majelis Umum PBB Dennis Francis di Markas Besar PBB di New York.
Dalam kesempatan itu, Fadli Zon yang juga merupakan anggota Komite Eksekutif IPU (Organisasi Parlemen Dunia) menyerukan perlunya reformasi organisasi internasional tersebut, terutama dalam hal pengambilan keputusan di Dewan Keamanan.
Baca juga: Fadli Zon dan Zazuli Juwaini Ditunjuk Jadi Penasihat Forum Parlemen Asia Tenggara untuk Kemerdekaan Palestina
Hal ini diumumkan sesuai dengan persetujuan aksesi anggota baru pada Resolusi PBB pada Sidang Khusus Darurat ke-10 Majelis Umum PBB, yang memberikan hak dan keistimewaan tambahan kepada Palestina untuk berpartisipasi di PBB.
Fadli Zon menjelaskan, resolusi Majelis Umum PBB mencerminkan keinginan mayoritas negara dan Palestina layak menjadi anggota PBB.
Baca juga: PBB Sebut Israel Perparah Badai Kesengsaraan di Gaza
Menurutnya, tantangan selanjutnya adalah memastikan Dewan Keamanan PBB dapat menindaklanjutinya dalam pembahasan selanjutnya, dan ia menilai hak veto merupakan penghambat multilateralisme.
“Dengan memimpin Sidang Umum PBB, DPR RI berpandangan bahwa reformasi kelembagaan, termasuk Dewan Keamanan PBB, dapat terlaksana dan menjadi bagian dari agenda kesepakatan KTT PBB bulan September mendatang,” kata Fadli Zon. Pernyataannya, Selasa (16/7).
Baca Juga: Fadli Zon Gelar Rapimnas HKTI, Prabowo-Gibron Menang Keputusan di Tiap Provinsi
Fadli Zon memuji kepemimpinan Presiden Majelis Umum PBB dalam berbagai isu, termasuk isu Palestina.
Ia mendorong kepemimpinan aktif Presiden Majelis Umum PBB untuk menekankan hukum internasional, hukum humaniter internasional, dan hak asasi manusia yang telah menjadi nilai-nilai universal yang harus dihormati.
Tak hanya itu, politikus Sumbar itu memuji terselenggaranya konferensi janji UNRWA yang menegaskan kembali upaya pendanaan organisasi tersebut.
“Indonesia meningkatkan kontribusi rutinnya dari sekitar USD 600.000 pada tahun 2023 menjadi USD 1.200.000 pada tahun 2024, dan memberikan dana senilai USD 2.000.000,” ujarnya.
Wakil Presiden Partai Gerindra ini mendorong diplomasi parlemen masuk dalam agenda perdebatan di Majelis Umum PBB.
Ia menjelaskan bahwa diplomasi parlemen merupakan ciri khas dalam pertumbuhan arsitektur multilateral dan perluasan eksekutif pemerintahan global.
“Setiap kesepakatan yang dicapai di PBB harus diterjemahkan di tingkat domestik dengan membahasnya bersama parlemen di tingkat nasional. Untuk itu, parlemen juga harus mewaspadai isu dan agenda internasional, termasuk mendukung kepentingan diplomasi negara, ” ujar Fadli.
Dalam konteks itu, Fadli Zon yang juga Wakil Presiden GOPAC (Organisasi Anti Korupsi Parlemen Dunia) berharap badan antar parlemen yang menangani masalah korupsi bisa mendapatkan status pengamat tetap di Majelis Umum PBB.
Setidaknya tiga badan antar-parlemen, yaitu IPU, Majelis Parlemen Mediterania (PAM), dan Parlemen Amerika Latin (Parlatino), mempunyai status pengamat tetap di Majelis Umum PBB.
Di sisi lain, Bapak Presiden Majelis Umum PBB. Dennis Francis mengakui eratnya hubungan antara diplomasi internasional dan peran parlemen serta mendukung penguatan peran diplomasi parlemen, termasuk melalui IPU.
Mengomentari tema KTT PBB ke depan, beliau memaparkan beberapa agenda KTT yang erat kaitannya dengan tantangan global ke depan.
Beberapa topik yang disoroti adalah terkait kenaikan permukaan air laut dan resistensi antimikroba (AMR) yang terjadi ketika virus, bakteri, parasit, atau jamur menjadi kebal terhadap obat.
Lebih lanjut, Presiden Majelis Umum menyoroti tantangan penggunaan AI (Artificial Intelligence) yang sangat besar dan cepat.
Delegasi BKSAP DPR RI melakukan kunjungan kehormatan ke Forum Politik Tingkat Tinggi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan pada Selasa (16/7) selain IPU – Forum Parlemen PBB.
Kali ini, Ketua BKSAP Puthu Supadma Rudana (Partai Demokrat F) dan Sukamata (F-PKS) merupakan pimpinan BKSAP (Wakil Presiden) dan Kamrussamad (Partai Gerindra F). (mcr8/Medan Pers)
Baca artikel lainnya… Sekjen PBB mohon restu dari Ulama Kharismatik Kiai Muhammad