Medan Pers, BIAK – Berbicara tentang kehamilan, salah satu gangguan kesehatan yang bisa terjadi sebelum, saat, atau setelah melahirkan adalah eklamsia.
Secara umum, eklamsia merupakan komplikasi serius dari preeklamsia yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urin.
BACAAN LEBIH LANJUT: Sekilas tentang diabetes gestasional, dampak dan pengobatannya
Eklampsia adalah komplikasi kehamilan yang paling umum, mempengaruhi 0,3 hingga 0,8 persen dari seluruh kehamilan.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Biak dengan alamat web idibiak.org menjelaskan penyebab utama eklampsia belum sepenuhnya dipahami.
UPDATE: Via Vallen pingsan setelah mengumumkan hamil lagi
Namun seringkali penyakit ini dikaitkan dengan penyakit yang berasal dari riwayat keluarga atau genetik.
IDI Cabang Biak juga menjelaskan perbedaan antara eklamsia dan preeklamsia sendiri terletak pada gejala dan tanda penyebabnya.
BACA JUGA: 4 Makanan yang Boleh Dikonsumsi untuk Mencegah Kehamilan
Preeklamsia dapat ditandai dengan tekanan darah tinggi dan protein dalam urin tanpa kejang, sedangkan eklamsia merupakan komplikasi lain dari preeklamsia yang ditandai dengan kejang pada ibu hamil dalam jangka waktu yang buruk dan lebih dari itu.
IDI lakukan penelitian baru tentang eklampsia, lalu rekomendasikan obat yang bisa diberikan kepada pasien. Apa saja gejala ibu hamil penderita eklampsia?
IDI Biak menjelaskan, eklamsia atau eklamsia pada kehamilan merupakan penyakit serius yang dapat terjadi pada ibu hamil, dikenal dengan serangan yang sering terjadi setelah preeklamsia.
Preeklamsia sendiri merupakan penyakit yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urin.
Gejala eklamsia bisa bermacam-macam.
Namun, penyakit ini memiliki tanda dan gejala seperti:
1. Adanya penyakit dan berkurangnya penglihatan
Depresi merupakan gejala utama eklamsia dan dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah melahirkan.
Gangguan ini biasanya diawali dengan kedutan otot wajah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Itu dapat direkam dari 15 detik hingga beberapa menit.
Setelah kejang, ibu hamil bisa kehilangan kesadaran atau koma.
2. Kesulitan buang air kecil
Gejala lain pada ibu hamil penderita eklampsia adalah kesulitan buang air kecil atau perubahan pola buang air kecil.
Penting untuk menanyakan kepada dokter jika gejalanya semakin parah agar Anda bisa segera mendapatkan pengobatan.
3. Peradangan terjadi dimana saja di tubuh
Penyebab umum eklampsia lainnya adalah peradangan di seluruh tubuh.
Pembengkakan parah pada wajah, tangan dan kaki (edema) adalah gejala umum lainnya.
4. Meningkatkan aliran darah
Gejala terakhir adalah kegelisahan dan tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi (di atas 140/90 mm Hg) dan adanya protein dalam urin merupakan gejala preeklamsia yang dapat berkembang menjadi eklamsia jika tidak ditangani.
Obat apa yang dianjurkan untuk eklamsia pada ibu hamil?
Pengobatan eklamsia pada ibu hamil meliputi pengelolaan stres dan pengendalian perdarahan, serta persiapan persalinan jika diperlukan.
1. Obat diazepam
Diazepam adalah obat yang digunakan untuk mengobati eklampsia.
Obat ini dapat digunakan jika ada serangan baru meskipun sudah diberikan magnesium sulfat.
Dosis biasa adalah 5-10 mg diberikan dalam darah.
2. Obat antikonvulsan
Obat antikonvulsan lainnya, seperti Lorazepam.
Obat ini dapat digunakan jika terjadi kejang berulang meskipun sudah diberikan magnesium sulfat.
Dosisnya 2-4 mg intravena selama 2-5 menit.
3. Harga obat Nifedipine
Obat terakhir yang diresepkan dokter adalah Nifedipine.
Obat ini diberikan secara oral dengan dosis awal 10-20 mg yang dapat diulang setiap 30-45 menit hingga tekanan darah terkendali.
Pengobatan Eklamsia merupakan keadaan darurat yang memerlukan perhatian medis segera.
Selain pemberian obat-obatan di atas, persalinan merupakan langkah penting dalam penatalaksanaan eklamsia.
Pemantauan ketat terhadap kondisi ibu dan bayi sangat penting selama perawatan. (mrk/Medan Pers)