Ini Analisis Pakar soal Moncernya Elektabilitas Dedi-Erwan di Pilgub Jabar

author
1 minute, 57 seconds Read

Medan Pers – Kandidat Jawa Barat (Jawa Barat) untuk Gubernur dan Gubernur Calon) -Man Setiawan semakin terlihat di Pilgub Jawa Barat.

Survei Dedi-Erwan (75,7%) Hasil Penelitian Indikator Politik Indonesia, yaitu, Ahmad Syaikhu-Iaikhu-Itham Habibie (13,8%), ACEP Adang-Galis (4,2%) dan Jeje-Ronald (2,7%).

Baca juga: Pilgub Java Barat: Giti KDI memperkenalkan aplikasi tingkat yang lebih tinggi

Direktur Eksekutif Senin (14-10-2014) dari Burhanuddin Muhtadi, menggambarkan hasil survei, relatif tinggi di Mulyadi-Erwan.

Burhan mengatakan satu hal yang dia lakukan sebagai pemilih Dedi-Erwan adalah dukungan luar biasa dari subtipe Pabow.

BACA JUGA: NTT PAPAN Mengungkap Ipada Rudy Soik Sins Mengungkapkan Mafia BBM

Dia memberi contoh untuk 2018, dengan beberapa Sudrajat-Syaiku atau Cool menerima dukungan Pabowo untuk mengubah 2019. Label Presiden.

“Semua PK dan PKS dan Jawa Barat selalu memenangkan Pabowo. Sekarang giliran Demul adalah Pabowo Burhan.

BACA: Tafafe Hididesy Pabowo juga tiba di Biro Residence

Analisis ini sepakat bahwa Djayadi Hanan, direktur eksekutif Institut Penelitian Indonesia (LSI). Prabowo mengira dia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pemilih Deca Mulydi.

Selain itu, ada faktor -faktor lain yang menjadi kekuatan resimen purwakarta sebelumnya. Misalnya, angka yang kuat, partai yang mendukung dan sosialisasi massal.

“Sejauh menyangkut angka, ini berfokus pada tiga lawan. Untuk mengevaluasi yang sebelumnya dan berubah, citra pribadi juga jauh. Inilah yang telah ia lakukan di Mullydi,” kata Djayadi.

Dia menyadari bahwa tingginya tingkat Dedi Mulyadi adalah 93,3% dengan pengamatan dengan resesi 93,2%. Lawannya Ahmad Syaikhu, 13,1% dan 75% variabel, ACEP dan HEE SHAYKHU.

Menurut Djayadi, keterlambatan lawan politik Djayadi, keterlambatan lawan -lawan politik, bergerak di Jawa Barat, membuat mereka sulit menaklukkan provinsi yang luas, serta kompleksitas budaya sosio parahyangan.

“Mereka mulai sangat terlambat, bintangnya sangat lambat. Dedik terus mempersiapkan kepentingan manusia,” kata Djayadi.

Sementara itu, Karim Suryadi percaya bahwa komunikasi politik yang ahli bukanlah gempa politik di AS Barat, akan sulit untuk menyebut pemilihan setiawan Mulyadi-Erwan sebelum pemilihan yang sama.

“Meskipun Swan tidak berkulit hitam. Migrasi, ekonomi atau apa itu, sebut Mulydadi akan tetap menang,” katanya.

Menurut Nabi Karima, Java West Pilgub mirip dengan 2024. Pemilihan Presiden. Ketika Gull Solid Solid mendukung Pabowo, sekarang panggilannya bukan ketuanya. Di sisi lain, PKB dan PKS juga merupakan jalur perubahan.

“Saya pikir pemilih PKB dan PKS belum kuat karena mereka bingung. Pusat ini benar -benar berbeda dan Jawa Barat berbeda,” kata Karimek.

Itu ditambahkan ke Karim, kemuliaan pemilihan tinggi Mulyadi adalah buah dari kerja keras yang mendukung popularitas pada tahun 2018. Pilgub.

“Hasil survei ini melambangkan keringat yang diterima. (Fat / Medan Pers) Pernahkah Anda melihat video terakhir?

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *