Medan Pers, MEDAN – Majelis hakim Pengadilan Negeri Medan (PN) Sumatera Utara menolak eksepsi yang diajukan Ratu Talisa alias Ratu Entok alias Irfan Satria Putra Lubis, 40 tahun, yang didakwa melakukan kebencian di media sosial dan penodaan agama.
“Keberatan yang diajukan kuasa hukum terdakwa tidak dapat diterima,” kata Ketua Hakim Achmad Ukayat saat membacakan putusan sela di Pengadilan Negeri Medan, Kamis.
BACA JUGA: Ratu Entok dituduh penistaan agama karena meminta Yesus potong rambutnya
Dalam penilaian majelis hakim, pengecualian terhadap terdakwa Ratu Entok tidak memiliki dasar hukum. Di sisi lain, Majelis Hakim menilai dakwaan Kejaksaan Sumut (JPU) sudah lengkap, jelas, dan lengkap.
Lebih lanjut, majelis hakim menilai eksepsi terdakwa Ratu Entoka merupakan bagian dari materi perkara sehingga diperlukan pembuktian lebih lanjut.
BACA JUGA: Guru Agama Bingung, Kemenag dan Kemendikbud Jaga Jarak soal Suplemen Ijazah
“Saya telah memerintahkan jaksa untuk melanjutkan penyelidikan kasus ini. Menunda biaya kasus ini sampai keputusan akhir,” kata Hakim Agung Ahmed.
Usai membacakan putusan sementara, Hakim Agung Achmad Ukayat mengumumkan reses dan sidang dilanjutkan kembali pada Senin, 13 Januari dengan agenda pemeriksaan saksi.
BACA JUGA: Selebgram Medan didakwa penistaan agama dan UU ITE
“Jaksa diminta menghadirkan saksi-saksi tersebut ke sidang selanjutnya untuk dimintai keterangan,” kata Hakim Ahmad.
Kejaksaan Sumut Ering Kosasih sebelumnya dalam dakwaannya menyatakan, penodaan agama yang dilakukan terdakwa Ratu Entok terjadi pada Rabu (10 Februari).
Saat itu, menurut dia, terdakwa Ratu Entok sedang melakukan siaran langsung di media sosial melalui akun TikTok pribadinya.
Dalam siaran langsung TV, terdakwa memperlihatkan gambar Yesus, Tuhan Kristen, dan menyuruhnya memotong rambutnya agar dia tidak terlihat seperti perempuan, katanya.
Akibat perbuatannya, Ratu Entok didakwa melanggar Pasal 45A(2) jo Pasal 28(2) Perubahan Kedua UU 11 Tahun 2008 dan Pasal 28(2) UU Informasi Elektronik. transaksi seperti pada biaya alternatif pertama.
Terdakwa juga didakwa melanggar Pasal 156 KUHP tentang penodaan agama atau penodaan agama pada dakwaan alternatif kedua, kata jaksa Erning. (antara/Medan Pers)
BACA ARTIKEL LAGI… Combes Ade Ari Ungkap Kisah Kasus Penistaan Agama Pendeta Gilbert, Simak