Medan Pers, JAKARTA – Berawal dari kekhawatiran para petani terhadap permasalahan yang mereka hadapi saat memulai produksi, menginspirasi sutradara Yahdi Jamhur untuk mencoba membuat film berlatar dunia pertanian.
Melalui rumah produksi film Broka, Yehdi mencoba mengungkapkan keprihatinannya dalam medium film romantis bertema pertanian yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Baca Juga: Sambut Halloween, Catchplay+ hadirkan sederet serial dan film spesial
Film “Seribu Bayang Purnama” saat ini sudah mulai diproduksi sejak akhir September lalu dengan pengambilan gambar di beberapa lokasi di pedesaan Indonesia.
Yahdi Jamhur mengatakan, industri pertanian merupakan salah satu industri terpenting bagi Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris, namun kenyataannya banyak kendala yang dihadapi petani dalam berproduksi, mulai dari mahalnya harga benih dan pupuk. Belum lagi kesulitan distribusi produk pangan dan ketidakstabilan harga jual produk pangannya.
Baca Juga: Poster Teaser Film Racun Sangga Rilis Desember 2024
“Hal itu menginspirasi kami untuk mencoba menyuarakan keprihatinan melalui film ini,” kata Yahdi Jamhur, sutradara “Seribu Bayang Purnama” yang sebelumnya banyak menggarap film dokumenter dan berpengalaman lebih dari 30 tahun di dunia jurnalisme.
Dibintangi oleh Marthino Lio, Nugie, Givina, Aksara Dena, dan Whani Dharmawan, film ini bakal membawa warna baru dalam perfilman Tanah Air.
Baca Juga: Film Cocote Tonggo, Transformasi Sahli Himawan dari Musik ke Layar Lebar
Guna menyuguhkan suasana otentik dan keindahan alam yang sesungguhnya, Baraka Films terlebih dahulu melakukan survei mendalam mengenai permasalahan yang ada di kalangan petani di kawasan tersebut.
Melalui film ini, Yahdi dan timnya bertekad untuk memberikan representasi yang kuat tentang kehidupan petani dengan sinematografi yang indah serta cerita yang mendalam dan relevan.
Saat ini proses produksi film sudah memasuki tahap akhir sebelum memasuki proses editing.
Ringkasan
Film “Seribu Bayang Purnama” bercerita tentang konflik antara dua keluarga yaitu keluarga Budi (diperankan Nugie) dan putranya Putro (Marthino Lio) serta keluarga Gato (Whani Darmawan) dan putranya Dodit (Aksara Dena) ) yang berselisih mengenai prinsip-prinsip yang bertentangan dalam pertanian.
Lebih dari sekedar drama, film ini juga mencerminkan kekhawatiran para petani terhadap tingginya biaya produksi. Keseimbangan dengan alam dan pengingat betapa pentingnya pertanian dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Di tengah keresahan pertanian akibat meroketnya harga pupuk, percintaan alami bersemi antara Putro dan Rata, namun gagal panen akibat konflik keluarga.
“Seribu Bayang Purnama” dijadwalkan tayang di bioskop pada akhir tahun 2024 dan diharapkan dapat menginspirasi pemirsa untuk lebih mengapresiasi dunia pertanian sebagai penopang pasokan pangan kita sehari-hari.
Kami juga berharap film ini dapat menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia dan alam.
“Melalui film ini kami berusaha menampilkan kepada penonton kehidupan petani Indonesia dengan segala permasalahan yang mereka hadapi, namun pada akhirnya mereka harus tetap berusaha untuk tetap menghasilkan sesuatu untuk menyambung hidup,” kata Yahdi. (gratis/jpn)