Medan Pers, Jakarta – William Sutanto, CTO Indodocs dan aktif dalam advokasi industri Web3, mengomentari keunggulan Ethereum sebagai blockchain paling valid, mengalahkan Solana.
Berdasarkan laporan ConsenSys, Ethereum terus menunjukkan kemajuan dalam adopsi teknologi blockchain di berbagai sektor.
Baca juga: PINTU menjadi pedagang kripto pertama di Indonesia yang mendapat lisensi penuh
“Ethereum dapat memfasilitasi inovasi baru di dunia keuangan seperti DeFi, yang akan mengubah cara kita menabung dan meminjamkan secara transparan tanpa intervensi organisasi mana pun,” jelas William di acara ETH Genesis Block: The Dawn of Ethereum.
Ethereum, salah satu platform blockchain terbesar di dunia, telah mengalami perubahan signifikan setelah peningkatan terbarunya.
Baca juga: Pupuk Indonesia perluas program Kartini Thani hingga ke Banyuwangi
Inovasi ini mencerminkan komitmen Ethereum untuk terus berinovasi dan mengatasi tantangan dalam lanskap blockchain dan mata uang kripto yang dinamis.
Apalagi di dunia blockchain. Ethereum juga dikenal karena kemampuannya mendukung kontrak pintar dan aplikasi terdesentralisasi (Dapps).
Baca juga: Industri Kripto Sumbang Pajak Rp 798,84 Miliar untuk Perkembangan Ekonomi Digital
Hal ini membedakan Ethereum dengan blockchain lain seperti Bitcoin, yang lebih fokus pada transaksi mata uang digital.
“Salah satu visi ETH adalah fokus pada dapps, sementara jaringan menjadi lebih cepat dan lebih murah, sementara ekspresi dapps itu sendiri terus berkembang,” kata Mario, pendiri komunitas Web3 Parallax.
Dalam konteks serupa, kita dapat melihat bahwa antusiasme pengembang jaringan Ethereum didorong oleh sifatnya yang terdesentralisasi, di mana mereka mengatakan bahwa membangun aplikasi di Ethereum tidak terbatas.
Berbeda dengan membangun aplikasi di tingkat lokal yang target pasarnya lebih terbatas, pengembang teknologi Web3 dapat menargetkan pasar global yang lebih potensial.
Perkiraan untuk ETF Ethereum juga menjadi pertanda baik. ETF Ethereum diperkirakan akan mengalami peningkatan karena likuiditas baru terus berdatangan, terutama dari pasar Amerika Serikat. Hal ini akan memudahkan akses terhadap Ethereum dan mendukung stabilitas harga, yang merupakan kabar baik bagi investor dan pengembang di Indonesia.
Investor dari Amerika Serikat, baik institusional maupun ritel, kini merasa lebih mudah untuk membeli mata uang kripto seperti Ethereum karena likuiditas baru yang memasuki pasar keuangan.
Namun, ada kendala yang terkait dengan ETF Ethereum. ETF ini tidak menggunakan saham Ethereum yang menjadi masalah bagi investor terutama institusi.
Mereka tidak hanya menginginkan keuntungan modal dari berinvestasi di Ethereum tetapi juga pendapatan tambahan dari berinvestasi di Ethereum.
Kita bisa mendapatkan keuntungan ekstra dari Ethereum dengan teknik Dollar Cost Averaging (DCA).
Penerapan teknik DCA pada fitur investasi reguler Indodax akan mengurangi risiko volatilitas pasar.
Dengan cara ini, investor membeli lebih banyak unit saat harga rendah dan lebih sedikit unit saat harga tinggi, sehingga membantu menurunkan harga rata-rata per unit seiring waktu.
Tidak hanya itu, INDODAX juga menawarkan fitur ‘Win’ yang memberikan keuntungan bagi pengguna dalam staking.
Staking Ethereum di INDODAX akan memungkinkan pengguna untuk mengunci Ethereum di platform INDODAX.
Penguncian aset berfungsi untuk jangka waktu tertentu dan imbalannya berupa imbalan staking.
Baca artikel lainnya… Indodocs menduduki peringkat 13 dunia dalam keamanan siber