Medan Pers, JAKARTA – Ejekan fisik atau body shaming masih sering dianggap sepele oleh sebagian orang. Padahal, perilaku tersebut dapat menimbulkan akibat yang serius bagi korbannya, baik secara fisik maupun psikis.
Pendiri dan CEO Aman Sentosa Investigation Agency Jubun atau akrab disapa Detektif Jubun mengungkapkan keprihatinannya atas viralnya video pendakwah Gus Miftah yang diduga menghina penjual es teh saat memberikan ceramah di Magelang.
BACA JUGA: Detektif Jubun Terbitkan Buku Seni Membaca Rahasia Manusia, Ini Isinya
Menurut Jubun, sindiran verbal seperti itu sering terjadi karena pandangan tertentu tentang standar kecantikan atau ketampanan.
“Body shaming bisa membuat korbannya merasa cacat dan tidak berharga. Akibatnya, mereka bisa mengalami stres bahkan depresi,” jelas Jubun dalam keterangannya, Minggu (8/12).
BACA JUGA: Detektif Jubun berbagi tips dan cara aman mencari orang hilang
Ia menegaskan, dampak body shaming tidak hanya berdampak pada psikologi korbannya, tapi juga kondisi fisiknya. Menurut Jubun, gejala fisik yang dialami korban antara lain kelelahan, kehilangan nafsu makan, susah tidur, dan sakit kepala.
Sementara itu, dari sudut pandang psikologis, korban seringkali merasa bersalah, putus asa, dan kehilangan motivasi, bahkan dalam kasus yang ekstrim, korban bahkan mempertimbangkan untuk mengakhiri hidupnya.
Baca Juga: Detektif Jubun Ungkap 5 Bahaya Judi Online, Hati-hati!
– Depresi ringan yang tidak terkontrol dapat berkembang menjadi depresi berat yang pada akhirnya mengganggu hubungan sosial dan meningkatkan risiko penyakit kronis seperti kanker atau stroke, tambahnya.
Tak hanya korban, Jubun juga menyoroti pentingnya memberikan perhatian kepada pelaku body shaming.
“Pelanggar juga perlu bimbingan ahlinya untuk menghilangkan kebiasaan buruk tersebut,” ujarnya.
Ia menyarankan psikoterapi sebagai langkah membantu korban dan pelaku mengatasi dampak negatif body shaming.
Terkait kasus Gus Miftah, Jubun memberikan pandangannya. Ia menduga khatib hanya bercanda sehingga suasana khotbah menjadi lebih santai.
Namun, penting untuk memastikan bahwa humor tidak menyakiti hati orang lain. Penyampaian kritik atau pesan kebenaran harus dilakukan dengan cara yang membangun, bukan menjatuhkan, katanya.
Jubun juga mengingatkan, dampak body shaming tidak bisa dianggap remeh. Ia mengajak semua pihak untuk lebih peka dan bijak dalam berekspresi, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di ruang publik.
“Jangan sampai humor kita menjadi luka bagi orang lain,” kata Jubun. (jlo/Medan Pers)