Medan Pers, PURWOKERTO – Plt Sekretaris Jenderal MPR Siti Fauzia mengenang, dunia sedang menghadapi permasalahan akibat kerja sama antar negara yang terus berlanjut dan tumbuhnya ketidakadilan.
Hal itu disampaikannya saat membuka Workshop Humas MPR bekerja sama dengan Komisariat FISIP Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Universitas Jenderal Soedirman.
BACA JUGA: Wakil Ketua MPR merekomendasikan penggunaan media sosial untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap museum
Acara dilaksanakan di Auditorium FISIP Universitas Jenderal Soedirman pada Jumat (12/06).
Siti Fawzia melanjutkan, hasil dari komunikasi terbuka antar bangsa adalah negara dan tata kelola negara menghadapi tantangan baru.
BACA JUGA: Ibas: MPR Berperan Penting dalam Menjamin Pembangunan Berkelanjutan
Selain itu, lanjutnya, globalisasi tidak bisa dihindari, pergerakan fisik antar negara semakin meningkat.
Tidak hanya pergerakan barang, jasa, dan uang yang menjadi lebih mudah, ide dan informasi juga beredar tanpa batasan.
BACA JUGA: Sambut Kunjungan Hadianto, MPR Sambut Kemajuan Palu
Nasihat dan informasi yang baik mudah ditemukan.
Namun kebebasan berinteraksi menimbulkan masalah besar bagi kesehatan masyarakat.
Pancasila menghadapi ancaman ideologi dan nilai-nilai dari luar.
Begitu pula dengan kearifan lokal, budaya dan seni budaya warisan nenek moyang.
Ancaman ini semakin berat karena Pancasila belum benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, namun masih sebatas tuntutan kebesaran dan kesederhanaan.
“Inilah pentingnya pembentukan karakter negara melalui pemahaman konstitusi. Karena konstitusi bukan hanya sekedar dokumen hukum, tetapi mempunyai aspek lain seperti pandangan hidup, tujuan, dan falsafah yang menjadi nilai-nilai baik negara dan landasan pemerintahan,” jelas Siti Fauzia.
Selain itu, kata Pak Siti Fauzia, konstitusi juga memiliki aturan dan ketentuan untuk melindungi hubungan antara masyarakat dan pemerintah.
“Konstitusi menjamin pengakuan hak asasi manusia, terwujudnya kesejahteraan dan pembangunan manusia,” tambah Siti Fauzia.
Sebagai informasi, seminar yang mengusung tema “Pembangunan Moralitas Bangsa Melalui Pemahaman Konstitusi” ini menghadirkan dua narasumber, pegawai Sekretariat Jenderal MPR Jana Indravan dan Guru Ilmu Sosial dan Politik Unsoed Octafiani Katur Prativi.
Menurut Amai Titi, sapaan akrab Siti Fauzia, untuk itu UUD 1945 harus dilestarikan agar menjadi konstitusi yang hidup, konstitusi yang mampu menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi.
“Sejak tahun 2004, MPR terus memperluas tujuannya dan menciptakan cara untuk meningkatkan pengetahuan tentang konstitusi. Bagi mahasiswa, metode yang digunakan antara lain perdebatan konstitusi, penyusunan konstitusi, kamp empat pilar dan workshop yang kami lakukan. hari ini,” jelasnya.
Ibu Titi menegaskan, partisipasi mahasiswa sangat penting, karena mereka bukan hanya mahasiswa, tapi juga penguasa masyarakat dan pengetahuan masa depan.
Turut berbicara dalam acara tersebut, Ibu Titi memuji keberhasilan GMNI dalam mengembangkan kekuatan yang dimiliki untuk dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa.
Mereka yang dibina dan dibina GMNI dan kini menduduki jabatan di lembaga pemerintahan antara lain Wakil Ketua MPR periode 2019-2024 dan Ketua Partai PDI Perjuangan di MPR periode 2024-2029 saat ini bernama Ahmad Basara.
Selain itu, ada Profesor Arief Gidayat, Ketua Pengurus Alumni GMNI dan Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2015-2018 yang merupakan hakim Mahkamah Konstitusi.
“Saya berharap kerjasama MPR dan GMNI terus terjalin dan GMNI dapat selalu melahirkan kartu-kartu yang siap membantu pembangunan nusa dan negara,” kata Ibu Titi. (mrk/Medan Pers)