Medan Pers – Di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, patung Soeharto berdiri kokoh di atas perbukitan. Bukan hanya satu, melainkan dua patung di lokasi yang sama.
Laporan Fais Nasrullah, Ponorogo
BACA JUGA: Klarifikasi Lengkap Mantan Pangkostrad Terkait Pemindahan 3 Patung dari Museum Kostrad
Polemik patung Soeharto memang beredar dalam beberapa hari terakhir. Penyebabnya adalah pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo soal minimnya patung Presiden kedua RI.
Namun di Ponorogo terdapat patung Soeharto yang berdiri kokoh di atas perbukitan. Lokasinya di Bukit Soeharto, Desa Biting, Kecamatan Badegan.
BACA JUGA: Bertemu di Pasar, Pemuda Ponorogo Nikahi Nenek 76 Tahun
Bukit Soeharto merupakan salah satu tempat wisata di kawasan yang berjuluk Kota Reyog. Tempatnya terletak sekitar 22 kilometer dari Alun-alun Ponogoro menuju Wonogiri, Jawa Tengah.
Ketua Pengelola Kawasan Pariwisata Bukit Soeharto Wahyu Bintoro mengatakan, destinasi wisata tersebut diresmikan pada 2 Maret 1978.
BACA JUGA: Patung Bung Karno di Stasiun Tawang, Semarang, Tanda Sejarah Perkeretaapian Indonesia
“Pak Harto langsung meresmikannya, saat itu yang ada hanya monumen, taman, dan musala,” kata Bintoro saat berbicara kepada Medan Pers di Bukit Soeharto, Minggu sore (10/9).
Sambil ngopi di warung yang bertenda nilon, Bintoro menjelaskan, luas Bukit Soeharto mencapai tujuh hektare. “Ini di wilayah lahan Perhutan,” ujarnya.
Memang kawasan itu kurang terawat, apalagi setelah Soeharto lengser. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Bintoro dan pemuda setempat telah membersihkan kawasan tersebut.
Upaya memoles kawasan tersebut dimulai dengan perbaikan akses jalan pada tahun 2019. Pada tahun itu, pengelola kawasan juga memulai pembangunan patung Soeharto.
Upaya ini menghasilkan sebuah patung setinggi kurang lebih 2 meter. Namun, patung tersebut tidak mirip dengan Soeharto.
“Ini karya seniman lokal di sini, tapi belum selesai,” kata Bintoro.
Selanjutnya, Bintoro dan rekan-rekannya menginginkan patung lain yang mirip Soeharto, namun ukurannya lebih besar. Keinginan itu menjadi kenyataan.
“Kepala patung berasal dari Yogyakarta, sedangkan badannya merupakan karya seniman lokal,” jelas Bintoro.
Gambar kedua memang lebih besar. Wajahnya lebih mirip Soeharto dibandingkan gambar pertama.
Kini kedua patung itu saling berdekatan. Namun gambar kedua terlihat lebih mencolok pada posisi yang lebih tinggi.
Bintoro menjelaskan, saat ini terdapat taman, gazebo, atraksi bermain anak, lokasi foto, dan tempat parkir di kawasan Bukit Soeharto.
Pada kondisi normal atau menjelang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), jumlah pengunjung Bukit Soeharto pada Minggu bisa mencapai ribuan orang.
“Jumlahnya bisa mencapai seribu hingga dua ribu orang, apalagi kalau ada dangdutan,” kata Bintoro.
Wajar jika upaya memoles Bukit Soeharto membutuhkan biaya besar. Menurut Bintoro, dana untuk membiayai berbagai perbaikan dan pembangunan fasilitas baru di kawasan itu berjumlah Rp4 miliar.
Uang tersebut merupakan pinjaman dari koperasi Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (DAMANDIRI). Kini yayasan yang didirikan Soeharto dipimpin oleh Letjen (purn) Soeginono.
Pemerintah setempat juga menyediakan fasilitas pendukung di kawasan tersebut. “Ada lampu penyeberangan dan lampu jalan,” kata Bintoro.
Apakah Gatot Nurmantyo atau pejabat DKI lainnya pernah mengunjungi Bukit Suharto di Ponorogo?
“Seingat saya, belum ada. Gatot Nurmantyo juga tidak,” kata Bintoro.
Namun, sudah ada unsur keluarga Cendana yang mengunjungi Bukit Soeharto. “Mbak Retno, cicit Pak Harto, datang ke sini pada pertengahan tahun 2021,” kata Bintoro.
Retno Bintoro yang dimaksud adalah Retnosari Widowati Harjojudanto alias Eno Sigit. Dia adalah putri dari Sigit Hardjojudanto.
Bintoro menambahkan, beberapa fasilitas baru di Bukit Soeharto belum diresmikan. “Belum ada peresmian karena proses pembangunannya baru mencapai 40 persen,” kata Bintoro.
Namun keberadaan Bukit Soeharto juga membawa berkah bagi banyak warga sekitar. Tim pengelola kawasan sendiri mencapai 40 orang.
Selain itu, banyak pedagang kecil dan UKM yang berbisnis di lokasi ini. “Sekarang sudah menjadi mata pencaharian,” kata Parmono, Kepala Desa Boto, Kecamatan Jatiroto, Wonogiri, yang kebetulan bertemu dengan Bintoro.
Menurut Parmono, jalur Ponorogo-Wonogiri dulu dikenal menakutkan dan rawan kriminalitas. Namun kini, keadaannya sangat berbeda.
“Dengan hadirnya Bukit Suharto, jalan menjadi lebih ramai dan aman, apalagi pihak manajemen sedang membahas pembangunan rest area di sini,” kata Parmono. (Medan Pers) Sudah lihat video terbaru selanjutnya?
BACA ARTIKEL LAINNYA… G30S, Front Kostrad versus Halim, kenapa Soeharto tidak diculik?