Medan Pers – JAKARTA – Anita Gathmir Kaicil merupakan keturunan Kesultanan Tidore.
Anita menyandang nama keluarga Kaicil yang disandang oleh Sultan Nuku Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma’bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan Jou Barakati.
BACA JUGA: 13 Pemimpin Daerah Wanita Inspiratif yang Meraih Kesuksesan Ini Diakui
Ia sangat bersemangat saat menceritakan perjuangannya menghidupkan kembali kekuasaan Kesultanan Tidore melalui tenun.
Anita melestarikan kain tenun yang lama kelamaan akan rusak, melalui generasi muda yang dibesarkannya.
BACA JUGA: Daftar Nama Wanita Inspiratif Tahun 2022 Menurut The Iconomics Seberapa Kenal Puta Dino Kayangan?
Bermula saat Anita melihat foto hitam putih di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Tidore Kepulauan yang aslinya ada di museum di Leiden, Belanda.
Peristiwa tahun 2017 ini menggugah hatinya untuk membangun kembali permadani Kesultanan Tidore dengan mendirikan Puta Dino Kayangan pada tahun yang sama.
BACA JUGA: Aktivis GMNI Ini Sebut Nokta Maharani Politisi Perempuan Inspiratif
“Puta artinya kain, Dino artinya menjahit atau menata, dan Kayangan panjang. “Jika ketiga kata tersebut digabungkan, Puta Dino Kayangan berarti rangkaian jahitan atau kain yang memiliki manfaat tinggi,” kata Anita saat ditemui di Maluku, Rabu (30/11).
Kini nama Puta Dino Kayangan sudah mendunia, sukses tampil di ajang bergengsi seperti New York Indonesia Fashion Week (NYIFW), G-20 Summit, Sail Tidore 2022, dan akan melanjutkan Promosi Terpadu Tekstil dan Fashion Indonesia pada tahun depan. Afrika Selatan 2023.
Memulai dari awal tentu bukan hal mudah bagi Anita di tahun pertamanya mendalami dunia tenun.
Namun seiring berjalannya waktu, Bank Indonesia (BI) membantu perjuangannya dengan memberikan bantuan berupa pelatihan, sarana lapangan, dan alat tenun sejak awal.
Bank Indonesia juga mengumpulkan dan mendatangkan beberapa guru dari Jepara, Bandung, Majalaya dan Yogyakarta untuk memberikan pelatihan menenun.
“Jadi kami melatih anak-anak usia 16 hingga 27 tahun dalam menenun, mereka tidak hanya mengetahui tapi memahami teknik menenun yang nantinya akan diajarkan kepada anak-anak lain, mereka mempelajari 20 jenis alat tenun yang kami kumpulkan karena kami tidak mau berhenti. sedang belajar.” dalam pertanyaan. Anita.
Pendekatan yang dilakukan Anita ditujukan kepada generasi muda, memberikan pemahaman kepada mereka bahwa belajar menenun tidaklah sulit dan memerlukan proses bertahap untuk mengembangkan keterampilannya.
Anita menjelaskan salah satu alat tenun yang paling mudah adalah Inkle Loom dan cara belajar menenun dapat dipahami dalam satu hari, tergantung kemampuan masing-masing individu.
“Kami di sini gratis. Jadi sekarang ada 224 siswa SMA di sini yang kami ajar secara bergilir setiap minggunya, bahkan kami mendatangi rutan laki-laki dan perempuan untuk meningkatkan keterampilannya,” kata Anita.
Selain itu, Anita menjelaskan perjuangan lain, benang tenun berkualitas sulit ditemukan dan masih diimpor dari India dan China.
Ada juga masyarakat di wilayah tersebut yang memanfaatkan serat nanas dan batang pisang menjadi benang. Namun, dia masih kesulitan mendapatkan item tersebut.
“Jadi tugas kami (Anita) untuk mempelajarinya dan mohon bantuannya agar kami mudah mendapatkannya,” harapnya.
Anita memperkirakan kebutuhan benang untuk tenun juga bisa menjadi peluang bagi pihak lain untuk menciptakan peluang usaha yang saling menguntungkan. Motif Tenun Terpopuler
Anita menambahkan, penjualannya cukup bagus dan beberapa motif seperti Barakati yang berarti “berkah”, Jodati yang berarti “ketulusan”, Marasante yang berarti “keberanian”, Tobaru dan Cinta dari suku asli Halmahera laris manis. yang merupakan “tanaman khas Tidore” dan Kalajengking.
Namun di sisi lain, pihaknya masih kekurangan tenaga kerja dan hanya mendapat bantuan dari guru-guru yang dilatihnya untuk terus melestarikan tenun Tidore.
“Jadi kita harus memberikan akses kepada masyarakat yang ingin bekerja sebagai penenun di sini, dan itu tidak mudah,” ujarnya.
Perempuan berusia 47 tahun ini menjelaskan, seringkali orang lain salah paham bahwa batik dan tenun memiliki teknik yang sama.
“Padahal teknik membatik berbeda dengan menenun. Batik merupakan kain yang diberi motif dengan cara diwarnai atau dicap, sedangkan tenun merupakan teknik pembuatan suatu kain dengan cara memadukan benang satu persatu. “Jadi tingkat kesulitannya sepertinya berbeda-beda,” jelasnya sambil menjelaskan bahwa Anita tidak memanfaatkan hal tersebut
Dalam perjuangannya melestarikan Tenun Tidore, ia menjual cerita dan memperkenalkannya kembali di berbagai acara, menggambarkan upayanya menghidupkan kembali kain yang telah ada selama 100 tahun.
Perempuan kelahiran Soa Sio Tidore ini mengaku tidak bisa mengambil keuntungan dari penjualan tersebut karena dimaksudkan untuk dikelola oleh anak yang dibesarkannya.
Anita dan suaminya tidak mendapat untung hanya karena mendampingi, dan hasil penjualannya diwariskan kepada anak-anaknya agar bisa berwirausaha dan mendapat penghasilan.
Anita menyampaikan harapannya agar ke depannya pemerintah terus mendukung perjuangan mengembalikan Tenun Tidore.
“Harapan saya pemerintah daerah lebih perhatian, karena ini untuk Tidore di Malut. Kalau kita sebesar ini, kita sudah mandiri, kalau pemerintah bantu pasti kita akan lebih kuat lagi,” tuturnya. . .
Anita mengajak generasi muda yang ingin belajar menenun untuk mengunjungi Fola Barakati Food and Art yang berlokasi di Jalan Kramat No.38, Kota Depok, Jawa Barat. (antara/Medan Pers)