Medan Pers, SEMARANG – Seorang warga Semarang, Jawa Tengah (Jateng) tewas karena dipukul petugas polisi.
Kasus ini dilaporkan keluarga korban ke Pusat Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Jateng.
BACA: Kapolda dicopot setelah 3 polisi menganiaya warga menjadi viral
Keluarga korban datang ke Mapolda Jawa sekitar pukul 19.00 WIB pada Jumat (10/10). Laporan selesai pada pukul 22.30 WIB.
Saat itu terjadi pemadaman listrik di Mapolda Jawa di Jalan Pahlawan, Kota Semarang.
BACA JUGA: DWP cabut sidang, polisi selidiki jejak 18 polisi
Laporan keluarga korban bernama Darso (43) diterima SPKT Polda Jateng dengan nomor laporan polisi LP/B/3/I/2025/SPKT/Polda Jateng.
Korban Darso, warga Desa Purwosari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, meninggal dunia setelah diduga dianiaya oleh beberapa anggota Satlantas Polresta Yogyakarta pada 21 September 2024.
BACA JUGA: Terlibat Pembunuhan, Brigadir AKS Terancam Hukuman Mati
“Kami mengecam dugaan tindak pidana penganiayaan yang menyebabkan kematian dan dugaan tindak pidana yang menyebabkan kematian,” kata pengacara keluarga korban, Antoni Yudha Timor.
Penyebab kematian dilaporkan menurut pasal 355 ayat. 2 KUHP (KUHP), juncto pasal 170 ayat. 2 dan para. 3 yang diduga dilakukan oleh oknum Polresta Yogyakarta berinisial I.
Antoni menjelaskan, kejadian tersebut bermula saat Darso berangkat ke Yogyakarta dari Kota Semarang menggunakan mobil sewaan tanpa pamit kepada keluarganya pada Juli 2024. Saat itu, korban sedang mengalami kecelakaan.
Korban ini sedang mengemudi, menabrak seseorang, lalu bertanggung jawab. Dibawa ke klinik, tapi kemungkinan karena tidak punya uang, dia meninggalkan KTP dan pulang ke Semarang, ujarnya.
Korban yang tidak punya uang sempat kebingungan dan mencari pekerjaan di Jakarta.
Dua bulan di ibu kota tidak membuahkan hasil, korban kembali ke Semarang. Baru sepekan berada di Semarang, petugas polisi mendatangi korban pada 21 September 2024.
Pagi harinya, sekitar pukul 06.00 WIB, istri Darso, Poniyem (42), yang menyapanya merasa curiga. Dia menelepon suaminya yang baru bangun tidur untuk menemui ketiga tamu itu.
Istri korban menelpon korban, korban keluar menemui anggota. Istri korban masuk, namun saat keluar rumah korban pergi. Korban pergi dibawa tanpa surat perintah penangkapan, tanpa surat perintah, dan tanpa dokumen apa pun. ,” katanya Antonius.
Dua jam kemudian, tiga petugas polisi datang ke rumah korban bersama ketua RT setempat dan menginformasikan bahwa Darso dirawat di RS Permata Medika, Ngaliyan, Kota Semarang.
Darso terbaring di Unit Gawat Darurat (ERD) selama tiga hari, mendapat perawatan intensif di Intensive Care Unit (ICU) dan dirawat di ruang perawatan selama tiga hari. Baru dua hari berada di rumah, korban meninggal dunia.
Korban kemudian menceritakan bahwa dada dan perutnya sakit. Korban menceritakan kepada adiknya bahwa perutnya dipukul, kata Antoni.
Sebelum meninggal, korban mengaku tidak terima, menuntut keadilan setelah dikeroyok dan dipukuli oleh tiga hingga enam petugas polisi.
“Ini keluarga nerimo (diterima kan), korban meninggal baru dilaporkan. Pelakunya di Semarang, 21 September 2024. Meninggal 29 September 2024,” ujarnya.
Antoni menjelaskan, keluarga korban melaporkan pelaku ke Polda Jateng hanya karena sebelumnya banyak pihak yang memberikan layanan mediasi. Pihak keluarga pun sempat melakukan mediasi dengan pelaku.
Namun karena mediasi tidak berakhir baik, pihak keluarga memutuskan melaporkan pelaku ke Polda Jateng. Keluarga itu ditawari puluhan juta dolar.
“Setelah kami selidiki, korban hanya menerima 25 juta lei. Itu diterima karena ketidaktahuan. Mula-mula 5 juta lei ditolak, lalu diterima 25 juta lei. Uang 25 juta lei itu diberikan kepada adiknya lalu diminta dikembalikan kepadanya,” kata Antoni.
Mereka tidak tahu apa itu uang. Namun pihak keluarga menganggapnya sebagai uang duka. Namun uang yang masih utuh akan dikembalikan kepada pelanggar.
Poniyem, istri korban, mengenang momen sebelum suaminya menghilang selamanya. Saat berada di IGD RS Permata Medika, korban sesak napas.
“Saya tidak bilang apa-apa tentang kejadian itu, tapi setelah laki-laki itu pergi, dia bilang dia dipukul oleh orang yang menjemputnya,” ujarnya.
Korban merupakan ayah dua anak yang bekerja serabutan. Poniyem meminta pelaku kejahatan yang dilaporkan ke Polda Jateng diadili.
Tuntut pengadilan yang adil, tuntut pelakunya dihukum, ujarnya. (mcr5/Medan Pers)
BACA ARTIKEL LAGI… Usai Menonton Video Porno, Remaja Ini Intip Jenazah Sepupunya, Apa Yang Terjadi