Siasat Brigjen (Pol) Gde Sugianyar Dwi Putra Melawan Narkoba dengan Jurus Kemanusiaan

author
3 minutes, 42 seconds Read

Medan Pers, Bali – Mengakhiri narkoba tidak selalu membutuhkan tindakan tegas. Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Bali Brigjen (Pol) Gde Sugianyar Dwi Putra memilih mengedepankan pendekatan kemanusiaan dalam perang melawan narkoba.

Laporan AS Preogi, Bali

Baca juga: Kunjungi Tempat Peristirahatan Mbah Maridjan di Merapi

Sebagai putra asli Bali, Sogyanyar sangat peduli dengan penyebaran obat-obatan di wilayah rumahnya. Dia mengemas data kasus narkoba di Bali.

Data kami, 60 persen yang terlibat kasus narkoba di Bali adalah warga lokal Bali, kata Sogyanyar saat ditemui Medan Pers di Tabanan, akhir pekan lalu. 

Baca Juga: Lulusan SMK Suyanto, Pria Lemangan Ke Amerika, Pulang Kampung dan Bikin Pesawat Bensin

Alumni Akademi Kepolisian (Akpol) angkatan 1987 berada di Tabanan untuk mengikuti kegiatan BNNP Bali. Kegiatan tersebut berupa sosialisasi dan edukasi bahaya narkoba melalui perlombaan tenis meja antar desa di Kabupaten Tabanan. 

Menurutnya, narkoba di Bali tidak hanya beredar di perkotaan. Sebab, peredaran barang ilegal juga sampai ke pedesaan pulau. 

Baca Juga: Brigjen Sogianyar: Jernics dan Nora Usai Relawan Anti Narkoba BNNP Bali

“Di Bali, narkoba sudah sampai ke desa-desa. Sebagian besar, bahkan 90 persen masyarakat Bali, menggunakan sabu,” ujarnya.  

Padahal, Sugyan Yar seharusnya menegakkan undang-undang tersebut. Namun dalam menjalankan tugasnya, ia kerap merasa terharu saat mengetahui kenyataan pahit di lapangan. 

Pria kelahiran Gyor, 14 September 1964 ini mencontohkan saat mendapat pengaduan dari seorang janda yang putranya kecanduan narkoba. 

Menurut Sugyanyar, pecandu narkoba tersebut masih duduk di bangku kelas dua SMP. Bocah itu mengonsumsi sabu sejak duduk di bangku kelas I SMP. “Awalnya rokok, lalu narkoba,” kata Sugianyar. 

Kecanduan narkoba mendorong bocah itu menjadi pencuri. Ibunya yang hanya bergantung pada uang pensiun mendiang suaminya, benar-benar kesulitan mengendalikan putranya. 

“Uang pensiun makan sehari-hari, ditaruh di suatu tempat, dicuri anaknya untuk membeli sabu,” kata Sugianyar. 

Mantan Kabid Humas Polda Bali itu pun menawarkan bantuan kepada janda tersebut untuk merehabilitasi anaknya yang kecanduan narkoba. 

Namun, sehari sebelum dibawa ke rehabilitasi, bocah tersebut ditangkap polisi karena terlibat perampokan.  

“Sangat menyedihkan bila narkoba menyasar anak-anak sekolah,” kata Sugianyar. 

Kenyataan pahit pun diketahui mantan Kepala BNNP Nusa Tenggara Barat (NTB) saat menangkap sepasang suami istri penyelundup narkoba di Bandara Lombok.  

Pelaku mencoba menyelundupkan sabu dengan cara menusukkannya ke anus. Istilahnya roket, kata Sogianyar. 

Wanita tersebut diketahui melahirkan belum lama ini. “Bayinya baru berusia tiga bulan, diserahkan kepada neneknya,” jelas Brigjen Sogianyar. 

Menurutnya, perlu adanya tindakan untuk memerangi narkoba. Namun, perspektif kemanusiaan tidak bisa ditinggalkan. 

Pendekatan kemanusiaan kini menjadi tren baru yang diperkenalkan BNNP Bali untuk memerangi peredaran narkoba, kata suami Lena Medivita. 

Yang kerap ditegaskan Sugianyar adalah pentingnya rehabilitasi bagi pecandu narkoba yang bersedia mengaku secara sukarela. Ayah empat anak ini menegaskan, pecandu narkoba adalah korbannya.  

Sayangnya, masih banyak masyarakat yang tidak percaya bahwa pecandu yang secara sukarela mengaku dan mengajukan rehabilitasi tidak akan dituntut. 

“Kita harus memastikan bahwa hal tersebut benar-benar sesuai dengan ketentuan undang-undang. Negara wajib merehabilitasi pecandu atau komplotan penyalahguna narkoba, sepanjang mereka bukan pengedar atau bagian dari pengedar,” kata Sogyanyar. 

Mantan Wakil Kapolda Sulteng ini khawatir pecandu narkoba yang tidak direhabilitasi akan terjerumus lebih dalam.  

“Kalau pecandu narkoba dibiarkan lama-kelamaan menjadi pengedar,” tegasnya. 

Oleh karena itu, BNNP Bali dibawah komando Sugyan Yar terus menjalin kerjasama dengan tokoh masyarakat, tokoh pemuda, perangkat desa dan Sekehe Teruna Teruni (STT) atau organisasi kepemudaan dalam rangka sosialisasi dan edukasi tentang bahaya narkoba.

Kompetisi olahraga juga menjadi salah satu cara BNNP Bali untuk mengajak masyarakat menjauhi narkoba. 

“Pendekatan kami selalu menggunakan soft power melalui kegiatan positif seperti seni, olah raga, dan lain-lain,” kata Sogyanyar.  

BNNP juga mempromosikan program berorientasi pemuda untuk memerangi kecanduan narkoba di desa-desa Bali. Program tersebut dinamakan Intervensi Berbasis Komunitas (IBM). 

Selain itu, BNNP Bali juga melakukan kampanye door to door untuk mempopulerkan gerakan Desa Bersih Narkoba (Desa Barsinar).  

Selain itu, masih ada jurus lain yang digunakan Sugyan Yar. Kini, BNNP Bali menggunakan seni untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya narkoba.  

Karena itulah Sugyanyar berkolaborasi dengan artis seperti penyanyi Taksu Bali, Gek Uchaputri, dan musisi luar biasa Gus Mantar.

Sosialisasi dan edukasi tidak hanya dilakukan melalui kegiatan tatap muka. BNNP Bali juga memanfaatkan teknologi dengan membuat channel di YouTube. 

Sementara itu, kantor BaliBNNP di Denpasar, kawasan Kraang, disulap menjadi ruang yang ramah dan terbuka, termasuk studio podcast. 

“BNN hanya sebagai koordinator yang ditunjuk negara untuk memberantas peredaran narkoba, namun menjadi tugas kita semua untuk menciptakan kesadaran di lingkungan kita masing-masing,” kata Sugianyar. 

Gus Mantar pun mengapresiasi upaya Sugyanyar dan BNNP Bali. Ia meyakini upaya pemberantasan narkoba melalui pendekatan kemanusiaan justru lebih efektif.  

“Yang kita tahu sekarang BNN Bali lebih artistik. Pendekatannya (pemberantasan narkoba, DE) lebih kultural,” kata Gus Mantar. (Jepang)

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *