Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala

author
3 minutes, 38 seconds Read

Medan Pers – Senin (16/09/2024) lalu, Istana Adat Surakarta menggelar Garebek Maulud menyambut perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Grebeg Mulud – begitu masyarakat Surakarta/Solo menyebutnya – merupakan puncak dari Sekaten, sebuah tradisi warisan Kesultanan Demak.

= = = = = = = = = = = = = = = = Laporan oleh Romensy Augustino, Solo= = = = = = = = = = = = = = = = = =?

BACA JUGA: Upaya Solo Masukan Gamelan ke UNESCO

GAREBEK Maulud menandai berakhirnya Sekaten. Tradisi yang digelar di depan Masjid Raya Solo ini dibuka dengan permainan Gamelan Kanjeng Kiai Guntur Sari dan Kanjeng Kiai Guntur Madu.  ?

Ketua Takmir Masjid Raya Solo Ahmad Muhtarom menjelaskan, gamelan dimainkan selama tujuh hari berturut-turut. Permainan kedua gamelang keramat tersebut terhenti sesaat sebelum dimulainya Garebek Maulud.

BACA JUGA: Tradisi Blackjack Night terus berlanjut di tengah kontroversi

“Gamelan datang dan dimainkan selama seminggu. Ini hari terakhir yang bertepatan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW,” kata Muhtarom.

Pria paruh baya itu menjelaskan, Sekaten merupakan tradisi memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Menurutnya, acara yang selalu digelar selama tujuh hari ini merupakan tradisi yang sudah ada sejak zaman Kesultanan Demak.

BACA JUGA: Konser Ngambyar, Bukti Lagu Didi Kempot Tak Hilang

??Ini bagian dari budaya Keraton (Kesultanan) Demak (Surakarta) yang mengadakan Sekaten selama seminggu,” ujarnya.

?Grebeg yang diadakan dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi puncak perayaan Sekaten. Dalam prosesi Grebeg, segudang hasil pertanian diarak untuk dibagikan kepada masyarakat. ??

Pada Sekaten tahun ini, Kanjeng Raden Arya (KRA) Baruno Aji Diningrat ditunjuk sebagai utusan Pakoe Boewono (PB) XIII untuk memimpin konvoi dari Keraton Surakarta. Menantu PB

Rombongan membawa dua pasang kuda Estri-Jaler yang artinya perempuan dan laki-laki. Jadi ada empat gunung yang banyak hasil pertaniannya.

Gunung yang ditunggangi rombongan Keraton Kasunanan Surakarta tiba di pelataran Masjid Raya sekitar pukul 11.00 WIB. Orang-orang yang sudah lama menunggu untuk mencapai gunung tersebut segera bergegas menuju ke sana.

Mereka bergegas mengambil tempat yang paling dekat dengan gunung sambil menunggu para abdi dalem dan kerabat keraton berdoa. Usai salat, dipasang sepasang gunung di sisi selatan Masjid Raya Solo.

Sepasang kuda lainnya dibawa kembali ke Keraton Kamandungan Surakarta untuk bertarung di depan umum.

Alhamdulillah gerakan berjalan lancar, tidak ada kendala. Masyarakat bergembira, semoga bisa diartikan secara keseluruhan bahwa kami dari Istana menyambut hari ulang tahun ini dengan gembira. Ini wujud rasa syukur kami, kata dia. KRA Baron.?

Menurut Barun, kegiatan ini juga sebagai bentuk kecintaan Sinuhun PB XIII kepada masyarakat. Ia menegaskan, tradisi harus dilestarikan.

??Simbol-simbol ini harus kita jaga, kita ugemi (pegang erat-erat, Red), kita bawa secara turun temurun,” ujarnya.

Palata Parentah Pengageng Kasunanan Surakarta KGPH Dipokusumo menambahkan, Grebeg Mulud terselenggara atas perintah PB XIII. Pendanaan akan sepenuhnya ditanggung oleh pemegang takhta Adat Surakarta.

“Ngomong-ngomong, PB

Selain itu, keluarga besar PB XIII juga turut memberikan sedekah kepada masyarakat. PB

Masyarakat pun menerima Sekaten dengan arti yang berbeda-beda. Contohnya adalah seorang kakek bernama Sumadi (60).

Warga Desa Gonilan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo ini mengaku kerap mendatangi Grebeg Mulud, pemilik Keraton Solo. Sumadi memaknai Sekaten sebagai wujud cintanya kepada Nabi Muhammad SAW.

???”Saben sekatenan kula mriki terus (setiap ada sekaten saya selalu ke sini, red). Merayakan kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad SAW,” ujarnya.??

Sumadi tiba di halaman Masjid Raya Solo sekitar pukul 10.00 WIB. Ia kemudian mendengarkan kisah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang juga Hulafaurasyidin yaitu Abu Bakar, Omar bin Khattab, Usman bin Afan dan Ali bin Abi Thalib yang disiarkan melalui speaker Masjid Agung.

Menurut Sumadi, ia terharu mendengar cerita tersebut. ???”Kula niku ngrungokne crita-critane (saya mendengarkan cerita). Saya dengar semoga Allah SWT memberkati kita. Mari kita terima doa Nabi Kanjeng,” ujarnya.

Selain itu, Šumadi juga mempercayai legenda orang-orang tua yang berumur panjang karena selalu menghadiri Grebeg Mulud.

“Ngomong-ngomong soal galahku yang disepuh, Lola Sekaten muni itu tahan lama (kata orang dahulu, kalau main gamelan Sekaten, umurnya panjang). Dia juga disuruh ninggan (makan sirih),” ujarnya. .?

Pengunjung lainnya, Madiman (72), meyakini benda-benda dari Gunung Sekaten merupakan jalan untuk menerima berkah dan mengusir kejahatan. Masyarakat Bulacan, Sukoharjo, mendapatkan ketan, bambu, dan cabai dari pegunungan.

Madiman akan menggunakan beras ketan untuk pupuk, sedangkan bambu untuk pengait. Bagi Lombok, ini adalah penolakan terhadap bala bantuan.

???”Itu hanya satu cara,” katanya.

Namun ada juga yang datang ke Grebeg Mulud karena alasan lain. Seorang siswa bernama Sabrina adalah contohnya.

Gadis asal Karanganjaro yang kini kuliah di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) itu datang bersama sejumlah temannya. Sabrina menunggu rombongan tiba di Keraton Surakarta depan Masjid Raya Solo.??

Sabrina ikut berkumpul dengan mengenakan hijab dan jaket almamater. “Ada tugas mata kuliah, saya disuruh kesini,” ujarnya (mcr21/Medan Pers)????????

BACA ARTIKEL LAINNYA… Mengenang Mbah Minta, Simbok yang tertarik pada kebijaksanaan dan kesederhanaannya.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *