Medan Pers – Catatan sejarah menunjukkan bahwa Sriwijaya pernah menjadi kerajaan besar dengan wilayah yang terbentang dari Jawa hingga wilayah Indocina bahkan Filipina. Sisa-sisanya masih ada, namun kondisinya memprihatinkan.
Laporan Pembersihan Jantung, Palembang.
Baca Juga: Ternyata Kerajaan Sriwijaya Hanya…
Ada sebuah tempat wisata di Kota Palembang yang bernama Bukit Siguntang. Gundukan tersebut merupakan dataran tertinggi di Palembang dengan ketinggian sekitar 29-30 meter (mdpl).
Perbukitan di tepi Sungai Musi merupakan lokasi pekuburan para petinggi Kerajaan Sriwijaya. Alamat tepatnya adalah Jalan Sultan Mansyur, Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang.
Baca juga: Candi Muaro Jambi, Pusat Pendidikan Sriwijaya membawa kabar gembira bagi warga sekitar
Menurut situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sejarah situs Sigentangshan dapat ditelusuri pada abad ke-8 hingga ke-10 Masehi. Di puncaknya terdapat patung Buddha Sakyamuni setinggi lebih dari empat meter.
Sebagai objek wisata, Bukit Siguntang buka setiap hari mulai pukul 08:00-16:00 WIB. Harga tiketnya Rp 5.000 untuk dewasa dan Rp 3.000 untuk anak-anak.
Baca juga: Sejarah Membuktikan Indonesia Negara Besar dan Pakar Iptek
Namun kondisi Gunung Siguntang nampaknya kurang terawat. Pecahan daun berserakan di seluruh tanah, dan rumput tumbuh.
Satu-satunya peninggalan yang masih terpelihara dengan baik di Perbukitan Sriwijaya adalah makam tujuh raja, panglima, dan putri Kerajaan Sriwijaya. Mereka bertiga, Kuncen, menjaga makam para bangsawan.
Salah satu dari tiga pengasuh tersebut adalah Salim (50). Saat ditemui Medan Pers belum lama ini, pria paruh baya itu sedang duduk menjaga makam Putri Kembang Dadar atau Putri Melur.
Alhamdulillah saya dipercaya menjaga makam Putri Kembang Dadar, ujarnya.
Salim, juru kunci atau penjaga makam Burol ng Siguntang. Foto: Cuci Hati/Medan Pers
Selain makam Putri Kembang Dadar, enam makam lainnya yang ada di situs tersebut adalah makam Raja Sigunda Alam, Putri Rambu Serako, Pangeran Batu Api, Pangeran Zhujunan, Bagus ·Makam Pangeran Kalang dan Pangeran Bagus Kunin.
Sebagai penjaga makam, Salim tidak dibayar. Pemerintah setempat juga tidak memberikan imbalan kepada para penjaga makam di situs lama tersebut.
“Saya tidak menerima gaji dari Balai Kota Palembang selama menjaga makam di sini,” ujarnya.
Namun, Salim dan dua Kunzen lainnya nyaris tidak mendapat waktu sehari pun. Dia mengatakan dia membersihkan kuburan setiap hari untuk tujuan amal.
“Saya membersihkan kuburan setiap hari. Awalnya, pemeliharaan makam adalah untuk mencari amal,” katanya.
Selain itu, Salim juga ngotot menjaga makam tersebut untuk mencegah wisatawan berbuat jahat.
“Kalau makam-makam ini tidak dijaga, bisa disalahgunakan oleh peziarah yang berkunjung,” ujarnya.
Pria yang sudah dua dekade tinggal di Kuncen ini menyayangkan pemerintah setempat tidak memperhatikan peninggalan Kerajaan Sivijaya di Gunung Sigongtang.
Misalnya, saat ini banyak rumput tinggi di sekitar kawasan Bukit, ujarnya.
Faktanya, Salim tidak mengharapkan sesuatu yang mewah. Ia hanya berharap pemerintah setempat menyikapi lokasi itu dengan serius.
“Dari segi gaji, (Pemkot Palembang) hanya mengurus taman ini dan saya senang,” ujarnya.
Salim mengatakan perlindungan monumen dan benda bersejarah harus tetap dijaga. Upaya melestarikan situs bersejarah tidaklah sulit, ujarnya.
“Cara melestarikan benda atau tempat bersejarah adalah dengan tidak menuliskan atau menodainya, melainkan menjaga kebersihannya,” ujarnya.
Karena itulah Salim ingin pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap Gunung Sigentang.
“Kedepannya Gunung Sigentang akan lebih terlindungi. Jangan sampai seperti ini dan merawatnya setengah hati.”
Buruknya kondisi Gunung Sigentang membuat akademisi dan sejarawan Ari Panji berkomentar. Ia menyayangkan peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang terbengkalai.
“Saya pribadi sangat menyayangkan kondisi Gunung Sigentang yang tidak terawat karena merupakan situs bersejarah,” kata Ali.
Ia mengatakan, monumen bersejarah ini memiliki nilai sejarah tidak hanya bagi masyarakat Palembang dan Sumsel, tetapi juga bagi masyarakat Melayu.
Ali berkata: “Bukit Siguntang adalah pemimpin masyarakat Melayu.” (mcr35/Medan Pers)