Medan Pers – Gerakan Perlawanan Islam atau Harakat al-Mukwawamatul Islamiyah (Hamas) akan segera memiliki pemimpin baru pasca terbunuhnya Ismail Haniyeh.
Pengganti Haniyeh adalah Khalid Mashal.
Baca juga: Dunia Hari Ini: Pemimpin Hamas Tewas di Iran
Tentu saja, obor tersebut bukanlah hal baru bagi Hamas. Pria berusia 68 tahun ini merupakan tokoh senior, pernah memimpin HAMAS pada periode 1996-2017.
Sehingga, dikenal sebagai politisi terkenal Palestina
Baca Juga: Pemimpin Hamas Tewas di Teheran, Republik Islam Iran
Namun, siapakah obor yang kembali menjadi pemimpin tertinggi Hamas?
Khalid Mashal lahir pada 28 Mei 1956 di Silwad dekat Ramlala di Benggala Barat.
Baca juga: Presiden Palestina mengutuk pembunuhan pemimpin Hamas di ibu kota Iran
Ketika dia masih muda, Mashal pindah ke Kuwait bersama keluarganya.
Khalid mendapat nama Mashal dari ayahnya Abdul Qadir Mashal.
Di Kuwait, Abdul Qadir bekerja di bidang pertanian dan juga seorang pendeta.
Ketika berusia 15 tahun, Mashal bergabung dengan Ikhwanul Muslimin, yang membantu melahirkan intifada pertama pada akhir tahun 1980an di wilayah Palestina yang diduduki Israel.
Marshall juga bekerja sebagai guru
Namun, ia memutuskan bergabung dengan HAMAS dan menjadi pelobi di luar Palestina selama bertahun-tahun
Pada tahun 2001, Mashal terpaksa mengungsi ke Suriah
Tindakan tersebut merupakan dampak dari keputusan pemerintah Yordania untuk menutup kantor Hamas di Amman pada Agustus 1999, dan deportasi Mashal dari Qatar, basis utama operasi Hamas di luar Palestina.
Dari tahun 2004 hingga Januari 2012, Mashal menjalankan HAMAS dari pengasingan di Damaskus.
Pada awal tahun 2012, Marshall terpaksa meninggalkan Damaskus setelah Presiden Suriah Bashar al-Assad menindak pemberontakan Muslim Sunni terhadapnya.
Akibatnya, Mashal pindah kembali ke Doha, Qatar dan terkadang tinggal di Kairo, Mesir.
Namun, langkah Mashal meninggalkan Damaskus melemahkan pengaruhnya di Hamas
Mashaal harus menanggung akibat kepindahannya dari Damaskus, yakni dengan Iran sebagai pendukung dana dan senjata HAMAS.
Pada akhir tahun 2012, Mashal mengunjungi Jalur Gaza untuk pertama kalinya
Pada saat yang sama, Mashal memberikan pidato pada pertemuan publik dalam rangka peringatan 25 tahun Hamas.
Namun, gesekan yang muncul di internal HAMAS Mashal tidak sejalan dengan kepemimpinan Hamas di Gaza karena upayanya mendorong rekonsiliasi dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Pasca konflik, Mashal mengutarakan keinginannya untuk mengundurkan diri sebagai pemimpin Hamas.
Pada tahun 2017, Mashal digantikan di Hamas oleh Haniyeh, yang saat itu menjabat sebagai wakilnya.
Haniyeh mempunyai kendali penuh atas operasi HAMAS, termasuk di luar Palestina
Sayangnya, Haniyeh dibunuh Israel pada Rabu (31/8/2024) di Teheran, Iran. (JPost/Medan Pers)
Baca artikel lainnya AD… Kabar duka: Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh meninggal dunia.