Medan Pers, JAKARTA – Tingginya permintaan pasar internasional menjadikan kakao sebagai komoditas strategis yang memiliki potensi besar bagi perekonomian nasional. Namun tantangan seperti perubahan iklim dan penurunan kesejahteraan petani menjadi ancaman serius.
Menanggapi hal ini, Cocoa Life, program keberlanjutan kakao Mondelez International, mengadakan lokakarya bertajuk “Mendorong Lanskap Agroforestri Kakao Berkelanjutan” untuk mendukung perlindungan hutan dan praktik berkebun ramah lingkungan.
BACA JUGA: Mondelez rayakan 10 tahun program Kakao Life, demikian Kementerian Pertanian
“Melalui lokakarya ini, kami ingin meningkatkan kesadaran tentang perlindungan hutan dan mendorong praktik berkebun yang lebih berkelanjutan,” kata direktur keberlanjutan Asia Tenggara, Mondelez International, Andi Sitti Asmayanti dalam lokakarya hybrid, Selasa (16/12).
Ia menambahkan, dengan mengadopsi agroforestri, petani tidak hanya dapat meningkatkan hasil kakao tetapi juga mendapatkan sumber pendapatan baru.
Baca juga: Kementan Dampingi 300 Ton Cocoa Butter Kendari ke Belanda
Agroforestri dan perkebunan kakao memadukan tanaman kakao dengan tanaman non kakao seperti kelapa, durian, alpukat, dan pohon jati atau sengon.
Sistem ini tidak hanya membantu melindungi kakao dari sinar matahari langsung, namun juga berkontribusi dalam mengurangi perubahan iklim.
BACA JUGA: Angkat Kearifan Lokal, Mondelez Hadirkan Edisi Spesial Batik Oreo
“Apalagi tambahan tanaman ini memberikan peluang pendapatan tambahan bagi petani,” ujarnya.
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian Merijanti Punguan Pitaria mengapresiasi inisiatif ini. Menurutnya, industri kakao di Indonesia mempunyai peran penting dalam perekonomian nasional.
“Program seperti ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan memperkuat posisi Indonesia di industri kakao global,” ujarnya.
Program Cocoa Life telah hadir sejak tahun 2012 di delapan negara penghasil kakao, termasuk Indonesia. Hingga akhir tahun 2023, program ini telah menjangkau 31 ribu petani dari 320 komunitas di Indonesia, lebih dari 6 juta pohon kakao dan 332 ribu pohon non kakao atau pohon peneduh.
Secara global, Cocoa Life memberdayakan 243 ribu petani di 3.200 komunitas.
“Kami berupaya menciptakan masa depan berkelanjutan bagi sektor kakao dengan melibatkan berbagai inisiatif berbagai pihak, termasuk pemerintah dan mitra,” tambah Andi Sitti Asmayanti.
Lokakarya ini merupakan langkah penting untuk membangun kemandirian petani, menjaga kelestarian hutan dan menjamin ketahanan perkebunan kakao terhadap perubahan iklim.
Dengan pendekatan agroforestri, harapan terhadap kesejahteraan petani dan keberlangsungan sektor kakao bukan lagi sekedar impian, melainkan visi nyata akan masa depan yang lebih hijau dan produktif. (esy/Medan Pers)