Medan Pers, Jakarta – Ridwan Kamil, si No. Calon Gubernur Diki Jakarta nomor 1, terlibat perdebatan sengit dengan Wagub No. 3, Rano Karno.
Hal itu terjadi saat sesi tanya jawab antar pasangan calon pada debat kedua Pilgub Diki Jakarta yang digelar di Beach City International, Ancol, Jakarta Utara, Minggu (27/10) malam lalu.
Baca juga: Poltracking: Ridwan Kamil-Suswono Berpeluang Juara Putaran 1
Awalnya, pasangan calon RK-Suswono sempat mengklaim nomor urut 3.
RK memilih bertanya juga pada Rano Karno. Rano sendiri diketahui pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur dan Gubernur Banten.
Baca Juga: Dharma Minta Jabar Jadi Daerah Miskin, Ridwan Kamil Tersenyum, Lalu Direspon Seperti Ini
“Bang Rano, tadinya bapak wakil gubernur, Bu Atut, lalu naik jabatan gubernur, seorang pemimpin pasti diberi kekuasaan yang besar untuk menjalankan misinya. “Dalam catatan saya, dari tahun 2012-2017, pembangunan manusia di Indeks Banten tidak mengalami kenaikan,” kata RK.
Mantan Gubernur Jawa Barat itu menanyakan IPM Banten yang turun pada masa pemerintahan Rano Karno.
Baca selengkapnya: Rano Karno Ungkap Strategi Kendalikan Inflasi di Jakarta
“Apa kendalanya, apa permasalahan yang menyebabkan tragedi ini?” dia bertanya.
Menanggapi, Rano mengatakan bahwa menurutnya RK sudah tahu jawabannya tapi dia pura-pura tidak tahu.
“Kang Emil bisa pura-pura tidak tahu, padahal dia tahu,” jawab Rano.
Ia berdalih, perilaku Si Doel saat menjabat Wakil Gubernur atau Gubernur Banten menjadi salah satu penghambat koordinasi pimpinan daerah. Menurutnya, Banten memiliki 2 Kapolda dan 2 Pangdam.
“Bisa dibayangkan bagaimana saya harus berkoordinasi dalam situasi seperti ini,” ujarnya.
Rano juga mengatakan daerah seperti Pandeglang dan Lebak sulit untuk dikembangkan.
Namun Rano diyakini membawahi beberapa proyek setelahnya, antara lain Bandara Soekarno-Hatta Banten dan Tol Serang.
Artinya, negara kaya di Banten ada di Tangerang Raya. “Hanya daerah Pandeglang dan Lebak yang memang sulit dikembangkan,” ujarnya.
Mendengar jawaban tersebut, Archie menjawab bahwa masyarakat Jakarta membutuhkan pemimpin yang berpengalaman.
Ia menekankan, para pemimpin harus bekerja secara berkoordinasi satu sama lain.
“Sama abang. Ada 2 pangdam, 2 panglima polda. Tugas pimpinan koordinasi, apalagi kita diberitahu banyak proyek yang diberikan,” imbuh mahasiswa ITB itu. (mcr4/Medan Pers)