Medan Pers – Desa Cikakak di Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah memiliki masjid yang unik. Keunikan tempat ibadah umat Islam ini tidak hanya terletak pada sejarahnya saja, namun juga pada kera-kera yang menjaganya.
Laporan Chelsea Venda, Banyumas
BACA JUGA: Saka Guru Masjid Raya Surakarta Dimakan Rayap, Takmir Hadapi Gibran, Ini Hasilnya
Banyak kera mengelilingi bangunan tua berdinding biru dan beratap seng berwarna hijau. Inilah Masjid Saka Tunggal di Cikakaku, Banyumas.
Masjid ini tidak mempunyai kubah. Wuwungan berbentuk seperti piramida, seperti Masjid Agung Demak, dengan arsitektur khas Majapahit.
BACA JUGA: Pencuri Kotak Amal Masjid Tertangkap, Pria Berkemeja Merah, Siapa Tahu?
Monyet tersebar di banyak lokasi.
Beberapa monyet berkeliaran di sekitar masjid.
BACA JUGA: Fadli Zon mengutuk keras kekerasan Israel di Masjid Al Aqsa
Sungguh luar biasa bahwa tidak ada monyet yang pernah memasuki masjid. Bahkan, banyak kera yang terlihat memanjat dinding masjid, namun tidak ada satupun yang memanjat atap bangunan kuno tersebut.
Masyarakat setempat meyakini kera tersebut sudah ada sejak Masjid Saka Tunggal dibangun. Pendirinya adalah Kiai Mustolih.
“Iya bersamaan dengan (kedatangan Kiai Mustoliha, Red.),” kata Sulam, pengurus Masjid Saka Tunggal, saat ditemui GenPI.co beberapa waktu lalu.
Menurut catatan Balai Pelestarian Warisan Budaya Jawa Tengah, angka 1288 dalam aksara Hijaiyah tertulis di atas sake yang ada di masjid.
Jika angkanya berdasarkan tahun Masehi, berarti Masjid Saka Tunggal mendahului Masjid Agung Demak pada masa Wali Sanga.
Namun banyak yang berpendapat bahwa angka 1288 didasarkan pada penanggalan Hijriah. Sebab, Masjid Saka Tunggal diperkirakan berusia 155 tahun.
Namun Sulam meyakini Kiai Mustolih membangun Masjid Saka Tunggal pada masa sebelum Kesultanan Demak.
Penduduk setempat juga percaya bahwa Saka Tunggal adalah masjid tertua di nusantara.
Bahkan banyak yang meyakini bahwa catatan 1288 adalah angka tahun kalender Masehi dan Hijriah. Namun Sulam berpendapat lain.
Menurut dia, angka 1288 masih menjadi misteri. “Itu (angka 1288) belum tentu mengacu pada tahun pembuatannya,” ujarnya.
Selain kontroversi kapan Masjid Saka Tunggal dibangun, kera-kera yang berada di sekitar bangunan kuno tersebut diyakini memiliki filosofi tersendiri.
Sulam mengatakan, monyet merupakan hewan yang kerap menunjukkan perilaku egois.
“Mungkin (monyet di sekitar Masjid Saka Tunggal, red.) mengingatkan kita untuk mencegahnya (keserakahan, red.),” kata Sulam.
Lebih lanjut Sulam menjelaskan filosofi pembangunan Masjid Saka Tunggal. Menurutnya, Saka Tunggal memiliki makna religius.
“Saka Tunggal artinya tiang yang mengarah pada konsep keesaan Tuhan,” ujarnya.
Saat ini Masjid Saka Tunggal telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Sulam mengatakan, sebagian besar bangunan di Masjid Saka Tunggal masih sama seperti awal dibangun.
Namun pada tahun 1976 terjadi pemugaran. “Tambah lebar di kanan dan kiri,” ujarnya (GenPI/Medan Pers).
Berita ini tayang di GenPI.co dengan judul: Menakjubkan Masjid Saka Tunggal Cikakak Dikelilingi Ratusan Kera