Kisah Mayjen Dudung Abdurachman, Penjual Jajanan Pasar, Loper Koran, jadi Pangdam Jaya

author
3 minutes, 48 seconds Read

Medan Pers, JAKARTA – Mayjen Dudung Abdurahman kelahiran Bandung, Jawa Barat, 16 November 1965.

Nah, lulusan Akademi Militer angkatan 1988 itu merayakan ulang tahunnya beberapa hari lalu.

BACA LEBIH LANJUT: Mayjen Dudung; Kamu mencoba menghentikanku, aku akan mengalahkanmu nanti

Mayjen Dudung yang kini menjabat Panglima Kodam Jaya mengenang ibunya di hari ulang tahunnya dengan menyajikan sepiring kue pandan dan klepon serta teh hangat.

“Um, enak, tapi buatan ibu lebih enak.” “Kalau mama saya bikin klepon, makin besar dan kenyal,” kata Dudung usai mencicipi kue klepon di ruang kerjanya yang mengingatkan kembali kenangan akan ibunya.

BACA JUGA: Reaksi Politisi PPP atas Tindakan Keras Mayjen Dudung di Dewan Surat Kabar Habib Riziek.

Sambil menyantap kue ulang tahun, Pangdam Jaya Mayjen. Jenderal. Dudung Abdurachman bercerita tentang kenangannya bersama ibunda tercinta di masa-masa sulit, terutama pasca meninggalnya sang ayah.

Di mata Mayjen Dudung, ibunya adalah sosok pahlawan yang banyak berjasa dalam hidupnya.

BACA JUGA: Bendera Habib Riziek Sakiti Jakarta, Kekeraskepalaan Mayjen Dudung patut diacungi jempol.

Pasalnya, Dunggun memandang ibunya sebagai pendukung utama kedelapan anaknya sejak ia remaja.

Dalam upaya meringankan beban keuangan keluarganya, Dudung, seorang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), mulai membantu ibunya berjualan barang-barang “rumah” di Kodam Siliwangi III/Siliwangi.

Program ini dilakukan tidak hanya satu atau dua kali saja. Namun hal itu biasa saja hingga ia masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Dudung.

Tingkahnya berbeda dengan masa muda pada masanya, meski terpaksa mengantarkan barang milik ibunya, Dudong tak segan-segan.

Dudung sangat terpacu dan membantu ibunya menambah penghasilan dengan menerbitkan surat kabar.

“Seharusnya saya masuk SMAN 5 Bandung, tapi urung karena masuk pagi hari. Saya juga ingin di sore hari. Untuk mengantarkan koran di pagi hari. Makanya kami pengantaran koran pagi pukul 04.00 WIB dan pulang pukul 08.00 WIB, ujarnya.

Kegiatan sehari-hari dilanjutkan dengan penyerahan klepon, pastel dan donat yang telah diserahkan ke banyak dapur seperti Kodam III, Taman Jalan dan SMA Muslimin.

“Saya melakukannya setiap hari,” kenang Dudung.

Usai menempelkan brosur ke beberapa toko kelontong di sekitar lingkungannya dan melemparkan makanan ke pasar, Dudung tak langsung pulang.

Tapi ibunya sedang mencari kayu bakar untuk memasak nanti.

“Dulu kayu bakar masih digunakan untuk memasak. “Mungkin itu yang membedakan rasa klepon dengan yang lain,” kata Dudung.

Dudun tidak hanya teringat ibunya, tapi juga teringat saat ia masih menjadi murid sekolah militer dan hari ulang tahunnya.

Merasakan pahitnya kesulitan ekonomi di usia muda, Dudung masih senang mendapatkan sedikit uang jajan sebagai pembaca.

Semasa menjadi taruna, Akmil banyak mencuri waktu untuk menjadi “utusan” bagi teman-temannya yang ingin membeli makanan Dudung.

“Waktu saya masih mahasiswa, habis makan saya suka cari makan. Saya tanya teman-teman yang lain mau berangkat (makanan). Bakpia, getuk mau, saya ke Kampung Kranggan (Malang). banyak uang di sana,” kata Dudung.

Tanpa Singa, Dudung pun menceritakan pengalamannya menjadi pengusaha kurir semasa menjadi taruna, hal yang diketahui pelatihnya semasa di akademi militer.

Saat itu ia mengajak dua rekannya untuk ikut bekerja membeli bahan makanan di Kranggan, sekembalinya ke tempat asalnya, salah seorang temannya bernama Gunawan memergoki gurunya.

Dudung juga mengabarkan bahwa Gunawan terlibat dalam pencarian jajanan menjelang pertemuan makan malam, sehingga menyebabkan Dudung dan kedua temannya menghukum manajernya.

Dudung mengenang pengalaman istimewa tersebut dan menjadi salah satu motivasinya agar ia bisa menjalankan pekerjaannya dengan maksimal.

Dudung yang merayakan ulang tahunnya yang ke-55 di tengah pandemi COVID-19 ini juga bercerita kepada generasi mudanya bahwa ia juga mengalami kesulitan ekonomi yang sama seperti saat ia masih muda.

Ia berbagi tiga hal agar generasi muda bisa mengatasi masalah finansial dan sukses.

Pertama, beliau menasihati generasi muda masa kini untuk percaya pada diri sendiri dan bertahan bahkan di masa-masa sulit.

“Apa yang ada di depanmu, apa yang ada di belakangmu, bahkan apa yang ada di sekitarmu, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dirimu sendiri. Artinya percaya dengan kerja keras yang kamu lakukan,” kata Dudung.

Dengan percaya pada diri sendiri terlebih dahulu, maka bisa dipastikan apapun bisnis yang Anda lakukan pasti akan berhasil.

Selain itu, hal kedua yang disampaikan Mayjen Dudung Abdurachman kepada generasi muda untuk mengatasi permasalahan ekonomi adalah dengan setia kepada orang tua.

Agar sukses, orang tua harus dihormati di kalangan generasi muda.

“Ini sangat sederhana. Kesetiaan kepada orang tua, khususnya ibu, merupakan hal yang penting. Jika kamu mencintai ibumu, itu pasti benar. “Jadi jangan membentak ibumu, itu yang paling aku suka darimu,” kata Dudung.

Menutup kata-kata terakhirnya kepada generasi muda, Dudung berpesan kepada generasi muda untuk mengetahui tujuan hidup dan selalu mencintai sesama.

“Yang paling penting adalah berbuat baik kepada semua orang, mencintai sesama. Dalam Islam, kalau hablum minannas, itu baik untuk semua orang, itu akan berhasil. Ya ada pepatah mengatakan “walaupun berbuat kebaikan kecil , akan menjadi amal kebaikan yang tiada habisnya,” pungkas Mayjen Dudung Abdurachman (antara/Medan Pers).

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *