Medan Pers – MUAN – Sebuah pesawat penumpang yang membawa 181 orang melakukan pendaratan darurat dan meledak di Bandara Muan pada Minggu (29/12).
Pihak berwenang setempat mengatakan 179 orang tewas dalam kecelakaan pesawat itu dan dua orang berhasil diselamatkan.
BACA JUGA: Kementerian Luar Negeri Pastikan WNI Tidak Naik Pesawat Jeju di Korea Selatan.
Kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 9 pagi waktu setempat.
Penerbangan Jeju Air yang membawa 175 penumpang dan enam awak tergelincir dari landasan saat mendarat di Bandara Internasional Muan di Distrik Muan, Provinsi Jeolla Selatan, 288 km barat daya Seoul, Korea Selatan.
BACA JUGA: 28 Tewas dalam Kecelakaan Pesawat Korea Selatan MFA: Tak Ada WNI di Pesawat
Pesawat tergelincir tanpa menggerakkan roda pendaratannya, menabrak dinding beton, dan terbakar sebelum meledak.
Itu adalah kecelakaan pesawat paling mematikan di Korea Selatan.
Baca Juga: Direktur Yasa Raharja, Wakil Menteri Perhubungan Prambanan meninjau bus wisata untuk mencegah kecelakaan
Ini adalah kecelakaan paling mematikan ketiga yang melibatkan maskapai penerbangan Korea Selatan.
Pada pukul 21.00 waktu setempat, pejabat memastikan 179 orang tewas dalam kecelakaan itu dan dua awak berhasil diselamatkan.
Setelah dirawat di rumah sakit dekat bandara, kedua orang tersebut dipindahkan ke rumah sakit berbeda di Seoul.
“Penumpang terlempar dari pesawat setelah menabrak tembok. Sangat kecil kemungkinannya untuk selamat,” kata seorang petugas pemadam kebakaran pada Minggu pagi.
“Pesawat itu hampir hancur total dan sulit untuk menentukan identitas korban tewas,” kata pejabat tersebut, seraya menambahkan bahwa proses pencarian jenazah masih memakan waktu.
Sebanyak 181 orang berada di dalam pesawat Boeing 737-800 yang lepas landas dari Bangkok, Thailand pada pukul 01.30.
Penerbangan diperkirakan tiba di Muang sekitar pukul 08:30. Penumpangnya semuanya orang Korea kecuali dua warga negara Thailand.
82 orang di pesawat adalah laki-laki dan 93 perempuan, berusia antara 3 dan 78 tahun. Kebanyakan dari mereka berusia 40an, 50an, dan 60an.
Kamar mayat sementara didirikan di dalam Bandara Muan untuk menyimpan jenazah para korban.
Pihak berwenang yakin penyebab kecelakaan itu mungkin karena roda pendaratan yang rusak, yang tampaknya disebabkan oleh serangan burung.
Mereka telah memulai penyelidikan di tempat untuk mengetahui penyebab pastinya.
Diperlukan waktu berbulan-bulan untuk menentukan penyebab pasti kecelakaan itu, namun mereka telah menemukan perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit dari reruntuhan.
Kementerian Pertahanan mengumumkan dalam pengarahan bahwa menara kendali bandara memperingatkan akan adanya serangan burung pada pukul 08:54.
Pilot menyatakan kecelakaan atau keadaan darurat pada pukul 08:59 dan mendarat tanpa roda pendaratan pada pukul 09:03. (antara/Medan Pers)